Selasa, 25 Januari 2011

Batam Pasang 3000 Lampion Sambut Imlek



BATAM – Perhimpunan Indonesia-Tionghoa (INTI) memasang 3.000 lampion di seputaran kawasan perdagangan dan bisnis Nagoya-Jodoh untuk menyambut Imlek pada 2 Februari 2011.




Ketua INTI Batam, Kartono mengatakan, pemasangan ribuan lampion sudah menjadi tradisi bagi etnis Tiong Hoa yang ada di Kota Batam, dan untuk tahun ini ribuan lampion itu akan dipusatkan untuk dipasang di kawasan kuliner siang malam Nagoya.

“Dengan dipasangnya sekitar 3.000 lampion di kawasan Nagoya nantinya diharapkan kawasan tersebut bisa menyerupai China Town sehingga dapat mengundang turin dari Singapura dan Malaysia serta China untuk datang,” katanya, Rabu (19/1).

Menurut Kartono, pemasangan ribuan lampion tersebut tidak hanya sebatas memaknai perayaan Imlek bagi yang merayakannya pada 2 Februari 2011 mendatang, tetapi juga untuk saling berbagi kebersamaan terhadap seluruh umat dan suku yang ada di Batam.

Hal itu, kata dia sudah menjadi komitmen organisasi INTI Batam untuk tidak memandang tinggi atau rendah seluruh umat beragama serta suku budaya di Batam. Terlebih INTI memiliki visi dan misi untuk mengabdikan diri di bidang sosial, bukan di bidang berpolitik. Oleh karenanya, pemasangan lampion tersebut didukung penuh oleh Pemerintah Kota Batam.

”Pemko Batam merespon positif kegiatan ini karena sejalan dengan program Visit Batam 2011,” katanya.

Menurut Kartono, puncak perayaan Imlek akan dilaksanakan mulai 26 Januari hingga 5 Februari 2011 mendatang. Selama acara akan dilakukan beberapa kegiatan seperti pertunjukan barongsai dan pesta kembang api.

Salah satu tokoh Etnis Tiong Hoa di Batam, Amat Tantoso menjelaskan Perayaan Imlek hampir dilakukan di seluruh negara termasuk Indonesia selama berabad-abad yang memiliki makna spiritual yang amat kaya dan mampu berperan dalam menyatukan umatnya dalam semangat hidup yang sama.

Menurutnya, Imlek memiliki banyak makna salah satunya, kasih sebagai faktor pemersatu kehidupan. Dijelaskan, Imlek memperlihatkan pengalaman perjumpaan para petani dengan realitas kehidupan yang ada di sekitarnya. Bagi petani, realitas di dunia ini disatukan, disemangati, ditumbuhkan oleh kasih. (gus).

Tidak ada komentar: