Selasa, 18 Mei 2010

Laba PT Citra Tubindo Tbk Anjlok

BATAM – Perusahaan pipa baja berbasis di Batam, PT Citra Tubindo Tbk mengalami penurunan laba bersih hingga 73,6 persen di kuartal satu ini menjadi hanya 1,4 juta dollar AS dari 5,3 juta dollar AS di kuartal satu 2009 yang di picu oleh turunya angka penjualan dan meningkatnya harga bahan baku baja.




Direktur Pengembangan Usaha Citra Tubindo Herman Hermanto mengatakan, anjloknya laba bersih pada kuartal satu ini disebabkan harga bahan baku yang meningkat signifikan menyebabkan biaya produksi naik, meskipun pihaknya sudah menyesuaikan harga beberapa waktu lalu. Perseroan hanya membukukan laba bersih 1,4 juta dollar AS anjlok hingga 73,6 persen dibanding periode sama 2009 yang 5,3 juta dollar AS.

“Penurunan laba dipengaruhi faktor harga,” katanya, Kamis (6/5).

Selain itu, penurunan laba juga dipicu oleh turunya penjualan sebesar 26,43 persen. Perseroan hanya membukukan penjualan 58,96 juta dollar AS pada kuartal satu ini, turun 26,43 persen dibanding periode sama 2009 yang 80,1 juta dollar AS.

Untuk kinerja kuartal dua, Herman optimistis akan meningkat laba dan penjualannya karena kontrak yang dipesan awal tahun lalu dari perusahaan luar negeri dan dalam negeri akan direalisasikan, pihaknya juga sudah melakukan penyesuaian harga jual terhadap peningkatan bahan baku produksi.

Sebelumnya Presiden Direktur Citra Tubindo Kris Willuan mengatakan, pihaknya telah mendapat kontrak baru pengadaan pipa baja dari Timur Tengah yakni Qatar untuk pengadaan distribusi jaringan proyek Minyak dan Gas di negara tersebut dengan volume yang cukup tinggi senilai 100 juta dollar AS (1 triliun rupiah).

Perseroan juga sedang mengincar kontrak dari beberapa perusahaan seperti dari Conoco Philips di Cina Selatan yang sedang melakukan tender pengadaan pipa baja senilai 25 juta sampai 30 juta dollar AS dan proyek dari TOTAL yang juga sedang melakukan tender senilai 50 juta sampai 60 juta dollar AS.

Dengan telah diterimanya kontrak tersebut, ditambah lagi adanya kecenderungan peningkatan harga pipa baja, maka perseroan optimistis target tahun ini senilai 303,33 juta dollar AS naik 32,5 persen dibanding proyeksi pendapatan 2009 yang 299 juta dollar AS bisa dicapai.

Menurut Kris, harga pipa baja di kuartal dua ini diprediksi lebih tinggi dibanding 2009 karena meningkatnya konsumsi yang dipicu oleh maraknya aktivitas eksplorasi minyak dan gas paska meredanya dampak krisis keuangan global yang mendorong peningkatan permintaan terhadap minyak dan gas untuk kegiatan industri.

Kinerja perusahaan bahkan bisa lebih tinggi dari target, kata dia bila pemerintah RI mau meningkatkan kandungan lokal penggunaan barang dan jasa dalam industri penunjang migas di dalam negeri, pasalnya banyak konstruksi migas di tanah air masih menggunakan barang dan jasa asing untuk penunjang operasionalnya padahal industri dalam negeri sudah bisa berproduksi dengan kualitas yang cukup bersaing.

Kris berharap pemerintah mau meningkatkan kandungan lokal penggunaan barang dan jasa industri penunjang Migas menjadi 100 persen sehingga, perusahaan dalam negeri bisa berkembang.

Wakil Ketua Bidang Flat Product Asosiasi Industri Baja dan Besi Indonesia (Indonesian Iron & Steel Industry Association/IISIA) Irvan Kamal Hakim mengatakan, industri baja termasuk pipa baja tahun ini akan dihadapi dengan persaingan cukup ketat dari produksi Cina paska berlakunya perjanjian perdagangan bebas Cina dan Asean sejak 1 Januari 2010.

Untuk itu, pemerintah perlu melindungi industri dalam negeri dengan memberlakukan ketentuan wajib verifikasi impor besi atau baja untuk membendung serbuan produk Cina. Saat ini saja, kata dia sudah mulai terasa penurunan penjualan produk dalam negeri, itu terlihat dari utilisasi pabrik pipa baja dalam negeri yang tinggal 28,4 persen dari total kapasitas terpasang 2,23 juta ton. (gus).

Tidak ada komentar: