Kamis, 29 Oktober 2009

USD Menguat

GLOBAL - Penguatan USD telah memicu kepanikan di bursa-bursa dunia tidak terkecuali Bursa Efek Indonesia. Diperkirakan sampai hari ini kepanikan masih akan berlanjut. Saham-saham di BEI diperkirakan akan merosot tajam akibat dari tekanan jual yang tinggi. Menguatnya USD terhadap IDR secara nyata pagi ini, menembus titik 9.700 juga telah mengirim pesan buruk terhadap pelaku pasar di Jakarta. IHSG kemungkinan tertekan di bawah 2.200 hingga 2.2250.







Pelaku pasar melihat bahwa sistem perdagangan dunia masih sulit menggeser dominasi USD, sebagaimana dinyatakan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Saat USD menyentuh titik terendah 13 bulan terakhir, tiba-tiba persepsi pasar berubah dan memastikan bahwa USD tetap akan menjadi mata uang utama dunia.

Data Ekonomi AS masih simpang siur Sementara itu data-data ekonomi AS masih menunjukkan bahwa berakhirnya resesi ekonomi di sana masih sangat simpang siur atau belum nampak konsistensi pemulihan ekonomi.

Sebagai contoh, data penjualan rumah baru oleh Departemen Perdagangan AS untuk bulan September ternyata masih anjlok 3,6% ke 402.000 unit. Sebelumnya secara mengejutkan indeks kepercayaan konsumen AS untuk bulan September juga mengecewakan pelaku pasar. Namun yang menarik, membaiknya kinerja perusahaan-perusahaan public MNC AS seperti Mc Donald, Apple Inc, Dell, telah memicu gelombang repatriasi bursa-bursa di bursa-bursa baru berkembang (emerging market) dan kembali masuk ke New York.

Pada perdagangan saham tadi malam waktu Jakarta, saham-saham di New York terkoreksi setelah pelaku pasar mengambil untung atas berita buruk tentang penjualan rumah baru tersebut. Indeks-indeks utama New York memberikan indikasi penurunan harga-harga saham. Indeks Dow anjlok 114,48 poin atau 1,2% ke 9.762,69. Demikian pula dengan indeks teknologi Nasdaq terkoreksi 56,48 poin atau 2,67% ke 2.059,61. Indeks yang lebih besar S&P500 juga merosot 20,78 poin atau 1,95% ke 1.042,63. Sementara itu tadi pagi, indeks Hang Seng, Nikkei dan Shanghai juga merosot hampir 2% menyusul aksi jual di Wall Street. (*)

Tidak ada komentar: