Minggu, 25 Oktober 2009

Gubernur Kepri Promosikan FTZ BBK


Meski baru berumur lima tahun, pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) melesat meninggalkan daerah lain di Indonesia. Itu tidak terlepas dari posisinya yang sangat strategis berhadapan langsung dengan selat malaka dan laut Cina Selatan serta hanya berjarak tempuh sekitar 45 menit ke Singapura yang merupakan salah satu pusat perdagangan internasional dan hanya satu jam ke Malaysia.

Pertumbuhan ekonomi Kepri juga tidak terlepas dari peran kota Batam yang sudah sejak lama dikenal sebagai kota industri dan pariwisata yang membawa pengaruh positif bagi daerah di sekitarnya, sehingga pertumbuhan provinsi Kepri setiap tahunnya selalu diatas rata rata nasional yakni lebih dari 7,0 persen.

Gubernur Provinsi Kepri Ismeth Abdullah yang juga mantan Ketua Otorita Batam optimistis pertumbuhan ekonomi Kepri bisa lebih tinggi lagi dan daerah itu juga bisa menjadi andalan nasional, menyusul telah diberlakukannya tiga daerah di Kepri yakni Batam, Bintan dan Karimun (BBK) sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas atau Free Trade Zone (FTZ) sejak April 2009 lalu. Untuk mengetahui, apa langkah dan program prioritas pemerintah daerah, berikut petikan wawancara bersama Ismeth Abdullah pada Jumat (23/10) usai penandatangan MoU antara Pemprov Kepri dengan Media Cetak Jepang yakni The Nikkan Kongo Shimbun tentang rencana promosi dan publikasi FTZ BBK di harian tersebut.


Bisa disebutkan potensi ekonomi Kepri ?..

Provinsi Kepri memiliki potensi yang cukup strategis dari kondisi geografis dan kekayaan alamnya. Batam, Bintan dan Karimun (BBK) merupakan daerah yang sudah ditetapkan nasional sebagai kawasan industri, perdagangan dan pariwisata seiring telah berlakunya FTZ di kawasan itu. Sementara itu, Kabupaten Natuna dan Anambas sangat kaya dengan hasil minyak dan gas bahkan dikabarkan terbesar di Indonesia. Lalu Kabupaten Lingga juga kaya dengan potensi perikanan dan pertanian.

Soal FTZ BBK, apa pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Kepri ?..

Jelas sangat berpengaruh, karena kawasan itu akan menopang pertumbuhan ekonomi Kepri. Untuk itu beberapa langkah akan kami lakukan untuk memancing investor asing dan dalam negeri untuk membuka usaha di kawasan tersebut. Sejalah dengan itu, kami juga akan melengkapi berbagai infrastruktur pendukung termasuk listrik yang kondisinya saat ini masih deficit khususnya di Bintan dan Karimun sedangkan Batam berlebih.

Salah satu langkahnya apa ?..

Kegiatan promosi akan kami gencarkan ke berbagai negara maju, seperti yang saat ini kami lakukan dengan media cetak atau harian dari Jepang yakni The Nikkan Kongo Shimbun.

Kami melakukan kerjasama dengan Harian Jepang tersebut untuk promosi FTZ BBK dengan anggaran yang dialokasikan sekitar 300 juta rupiah. Harapannya, bisa memancancing banyak investor dari Jepang. Saat ini investor Jepang juga sudah banyak yang investasi di BBK, namun masih kurang disbanding dengan investor dari Singapura. Oleh karena itu, kerjasama dalam bentuk promosi di harian Jepang tersebut menjadi penting untuk mendorong arus masuknya investor asing ke BBK khusunsya dan Kepri umumnya.

Selain itu, Kepri juga memiliki kantor perwakilan di Osaka Jepang yang berfungsi untuk melayani pertanyaan pertanyaan soal iklim investasi dan regulasi yang ada di Kepri.

Harapannya terhadap Pemerintah Pusat ?...

Kami cukup bersyukur karena telah diberinya status FTZ di BBK, namun aturannya saat ini dinilai sejumlah pengusaha masih rumit sehingga akan ada revisi aturan FTZ dalam waktu dekat.

Selain itu, kondisi listrik di beberapa daerah di Kepri juga sudah menguatirkan dan peran dari pemerintah pusat serta PT PLN sangat diharapkan, karena tanpa listrik orang tidak bisa berinvestasi. (gus).

Tidak ada komentar: