Senin, 26 Oktober 2009

Batam : Transformasi Berjalan Di tempat




Otorita Batam memasuki usia yang ke 38, Lembaga ini sekarang sudah berganti nama menjadi Badan Penguasa FTZ Batam seiring berubahnya status Batam menjadi kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas atau FTZ yang diresmikan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada April 2009.

Menarik disimak perjalanan lembaga tersebut, karena itu tidak terlepas dari pembangunan Batam yang dulu hanya sebuah pulau kecil, kering dan tidak berpenghuni hingga menjadi kawasan industri yang banyak di huni perusahaan mancanegara.

Pembangunan Batam, mau tidak mau tidak terlepas dari Pemimpinnya, era Habibie, Batam dinilai dan faktanya sangat maju dimana banyak dibangun infrastruktur dan arus modal asing sangat deras masuk ke Batam. Berganti pemimpin dan saat ini Mustafa Widjaja, tidak banyak perubahan yang terjadi di Batam, kecuali hanya meneruskan pemimpin yang lama yaitu Ismeth Abdullah yang saat ini menjadi Gubernur Provinsi Kepri.

Sebagai kawasan yang diandalkan pemerintah pusat sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di Sumatra yang rencananya bisa berkembang setaraf dengan Singapura, Batam mestinya dipimpin oleh Pemimpin sekelas Habibie yang punya orientasi kedepan yang jelas dan punya jaringan internasional yang dikenal baik dan disegani oleh pelaku bisnis global.

Selain itu, regulasi juga mesti berpihak, karena bila regulasi atau birokrasi karut marut dan menghambat investor maka kawasan ini akan ditingggalkan.

Masalahnya adalah, saat ini banyak kawasan di dunia terutam di negara tetangga juga memiliki kawasan yang sama seperti Batam, misalnya di Vietnam, India, Cina, Malaysia dan lainnya, sehingga Batam harus mampu bersaing dengan kawasan sejenis di negara tersebut.

Sayangnya, sampai saat ini regulasi dan kepemimpinan tidak mendukung, sehingga Batam kalau dilihat sejak lima atau sepuluh tahun lalu, sampai saat ini tidak mengalami perubahan signifikan, yang ada malah beberap investor asing hengkang karena hambatan birokrasi.

Sebut saja misalnya, peraturan soal FTZ yang masih menjadi polemic antar pengusaha dan pemerintah.

Mestinya, sebagai kawasan unggulan yang memang faktanya unggul disbanding dengan daerah lain di Indonesia, Batam mestinya bisa maju lebih kencang, seperti rencana Habibie yang bermimpi Batam bisa sama dengan Singapura, sayangnya dengan Johor saja masih kalah.

Lalu apa yang mesti dilakukan ?..
Agaknya, pemerintah perlu mengevaluasi regulasi yang ada saat ini dengan memperhatikan kondisi yang ada di negara tetangga. Selain itu, Pemimpin atau Penguasa otoritas Batam utamnya ketua BP FTZ Batam harus bekerjasam dengan Walikota Batam harus punya strategi yang jelas dengan tolok ukur dan waktu pencapaian yang sudah ditentukan.

Bila gagal, maka gampang saja, pemerintah tinggal mencari orang yang mampu dan pantas untuk menjalankan strategi tersebut. Masih banyak putra putri Indonesia yang punya motivasi dan pikiran cemerlang untuk membangun kawasan yang punya keunggulan sepertihalnya Batam.

Tidak ada komentar: