Minggu, 25 Oktober 2009

Profil Direktur PT Persero Batam



Mengantarkan BUMN Sakit Menjadi Untung
“Berani Ambil Risiko”

Keberaniannya mengambil risiko, patuh pada komitmen dan tegas pada karyawan telah mengantarkan PT Persero Batam yang tadinya sakit karena di dera kerugian terus menerus akhirnya untung sejak 2006 sampai sekarang. Pria yang menjabat sebagai Direktur Operasi dan Perencanaan di BUMN tersebut, merasa sudah menjadi kewajibannya sebagai anak negeri, untuk mengantarkan perusahaan negara untung.

Moehammad Amin yang akrab di sapa Pak Amin di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pengusahaan Daerah Industri Pulau Batam atau PT PerseroBatam, tersipu ketika dianggap sukses mengantarkan perusahaan negara itu memperoleh keuntungan pada 2006, setelah sebelumnya terus merugi.

Amin bercerita, mulai bergabung di PT Persero Batam sebagai Direktur Operasi dan Perencanaan pada Juni 2004, awalnya dia menjabat Direktur Utama di PT Ujung Lima (Persero)

“Awalnya saya cukup pesimistis bisa membawa perusahaan yang sakit karena rugi ini menjadi untung,” katanya, ketika berbincang dengan Koran Jakarta di ruang kerjanya, Kamis (11/6).

Betapa tidak, pria kelahiran Metro Provinsi Lampung 45 tahun lalu itu menilai, satu satunya perusahaan Negara yang berkantor pusat di Batam yang awalnya hanya mengurusi kepentingan bisnis pemerintah di Batam tersebut dianggap terlalu gemuk tidak fokus dan memiliki karyawan terlalu banyak namun pekerjaan yang dilakukan terlalu sedikit.

Terlebih karyawan yang ada saat itu, sangat terlena dengan kebesaran nama PT Persero Batam pada waktu lampau, padahal saat ini kondisinya sudah berubah.

PT Persero Batam, yang didirikan pemerintah bersamaan dengan dirikannya Otorita Batam pada 1971, dulunya dianggap sebagai saudara kembar Otorita Batam, karena Direktur Utama PT Persero Batam juga Ketua Otorita Batam.

Sehingga tak sulit bagi perusahaan untuk mendapat banyak order dari perusahaan yang ada di Batam, terlebih saat itu sekitar 1970-1980-an, tidak banyak perusahaan sejenis yang ada di Batam di bidang logistik.

“Namun, kondisi saat ini sudah berubah drastis, dan parahnya lagi manajemen yang ada tidak dapat mengikutinya, sehingga sejak 1990-an sampai 2005 perusahaan rugi terus,” katanya.

Oleh karena itu, Pria pengagum mantan Presiden Habibie itu menerapkan beberapa langkah untuk mengantarkan perusahaan jadi untung.

“Langkah pertama yang saya lakukan adalah merubah paradigma seluruh karyawan bahwa situasi saat ini berbeda dengan jaman dahulu kala, ketika Persero Batam masih mengalami kejayaan,” katanya.

Itu tidak mudah, kata Amin, karena sebagian besar karyawan PT Persero Batam sudah berusia senja termasuk dengan Direksi yang ada, kemudian karyawan yang ada juga sudah terlalu lama terlena sehingga butuh waktu untuk membangunkannya kembali.

Untuk itu, Pria yang juga beristrikan politikus anggota DPR RI Reni Marlinawati itu mengambil sikap tegas.

“Saya katakan ke karyawan, bagi yang ingin ikut satu bus dengan saya maka harus ikut aturan yang saya buat, dan bagi yang tidak setuju maka boleh mencari bus lain,” kata dia.

Maka, pada tahun pertama Amin memangkas karyawannya dan saat ini hampir separuh karyawannya di rumahkan. Itu tidak mudah, karena butuh biaya besar dan pihaknya juga mesti memikirkan karyawan dan keluarganya yang perekonomiannya tergantung dari bekerjadi PT Persero Batam. Untuk itu Amin memberi uang ganti rugi yang cukup untuk membuka usaha bagi karyawan yang dirumahkan.

Selanjutnya, karyawan yang ada di tingkatkan profesionalitanya dengan mengikuti pelatihan dan memberi target dalam pekerjaan.

Untuk meningkatkan semangat juang karyawannya, Alumnus organisasi PB HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) itu memberi penghargaan dan hukuman bagi karyawan yang berhasil dan gagal. Akibatnya, banyak karyawannya yang mulai disiplin dan menampilkan hasil kerja yang cukup mengesankan.

“Itu saya lakukan tidak mudah, karena di dalam manajemen sendiri, saya juga mendapat banyak rintangan dan kecaman, namun saya tetap berjalan dan berani mengambil risiko apapun untuk kemajuan perusahaan,” katanya.

Setelah karyawannya berhasil dibina, Amin lalu melakukan restrukturisasi perusahaan. Dia mulai menentukan fokus bisnis dan melikuidasi bidang usaha yang tidak sesuai dengan bisnis utama.

PT Persero Batam, akhirnya diputuskan hanya fokus pada bidang usaha logistik yakni bongkar muat barang, pergudangan dan transportasi. Sedangkan bisnis perhotelan, pertanian dan lainnya di likuidasi.

Langkah yang ditempuh Amin, ternyata tidak sia-sia. Bila diawal tahun (2004) keberadaannya perusahaan mengalami kerugian hingga 4,8 miliar rupiah, begitupun dengan tahun kedua dengan kerugian tiga miliar rupiah, maka di tahun ketiga yakni 2006 sudah dihasilkan untung yang cukup signifikan yakni 1,028 miliar rupiah, dan tahun 2008 dicetak untung 2,7 miliar rupiah, dan tahun 2009 ditargetkan untung 2,8 miliar rupiah.

Tidak puas dengan keuntungan sebesar itu, Pria yang terlihat selalu bersemangat itu menargetkan pertumbuhan laba hingga 300 persen pada 2011. Untuk itu dia akan mendirikan anak usaha yang akan menjalani bisnis forwarding atau angkutan secara terintegrasi.

Alumnus Universitas Krisnadwipayanan Jakarta itu, memang patut diacungi jempol untuk semangatnya membawa perusahaan menjadi untung. Namun, dia memiliki keterbatasan waktu untuk mewujudkan.

Sebagai manusia biasa, Dia juga memiliki keluarga yang kebetulan tinggal jauh yakni di Jakarta sementara pekerjaannya di Batam, nmun itu tidak menghalangi seluruh pekerjaanya.

“Saya mengutamakan kualitas pertemuan dengan anak dan istri sehingg bila waktu libur selalu digunakan untuk berlibur,” katanya. Tempat libur paling disenangi adalah daerah pegunungan, dan tempat yang paling sering dikunjungi adalah Sukabumi karena sekaligus silaturahmi dengan keluarga istrinya

Meski sibuk, Pria berkacamata itu juga tidak lupa untuk menjaga kebugaran tubuhnya, untuk itu tiap akhir pekan dia selalu bermain golf dan jogging, dia juga berusaha menjalani hidup sehat dengan tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.

Dalam menjalani karirnya di perusahaan pemerintah, Amin punya obsesi untuk selalu memberi yang terbaik bagi perusahaan dan berusaha untuk mengantarkannya mendapatkan keuntungan.

Oleh karena itu, ketika dihadapkan pada satu keputusan untuk mengambil tindakan atau tidak, Amin memilih untuk mengambil tindakan, karena berbuat atau tidak berbuat sama sama punya risiko.

“Mangkanya saya merasa aneh, bila ada direksi BUMN yang pekerjaannya diam saja tidak berani berbuat atau mengambil keputusan karena takut ini atau takut itu, karena tindakan diamnya itu akan merugikan perusahaan,” katanya. (agus salim).

Tidak ada komentar: