Minggu, 25 Oktober 2009

Batam Butuh 36 Ribu Tenaga Kerja Baru


BATAM – Pulau Batam sebagai kota industri yang juga telah ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas atau Free Trade Zone pada April 2009, membutuhkan sekitar 36 ribu tenaga kerja baru untuk dipekerjakan di berbagai perusahaan elektronik, pertambangan, galangan kapal dan pariwisata.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam yang juga Direktur Utama PT Satnusa Persada Tbk Abidin Hasibuan mengatakan, Apindo Batam telah melakukan survei tentang kebutuhan tenaga kerja ke seluruh perusahaan yang ada di Batam beberapa bulan lalu. Dari survei tersebut diketahui Batam membutuhkan sekitar 36 ribu tenaga kerja baru untuk dipekerjakan di berbagai sector antara lain elektronik, pertambangan, galangan kapal dan pariwisata.

“Batam saat ini kekurangan sekitar 36 ribu tenaga kerja, oleh karena itu Pemerintah Kota mestinya tidak memperketat masuknya pendatang baru ke Batam,” kata dia.

Jumlah itu, kata dia merupakan kebutuhan tenaga kerja sampai akhir tahun 2009, dan akan meningkat pada tahun depan bila beberapa rencana investasi yang sedang dijajaki beberapa investor dari beberapa negara seperti Rusia, China, Korea dan Jepang direalisasikan.

Sebagai catatan, kata Abidin, PT Satnusa Persada Tbk saja saat ini membutuhkan tenaga kerja sekitar 600 orang untuk bagian operator industri perakitan elektronik dengan kualifikasi pendidikan minimal SMA. Sementara itu, PT Philips membutuhkan sekitar 6.000 pekerja juga untuk operator industri elektronik.

Oleh karena itu, kata dia, Apindo menyesalkan sikap Pemerintah Kota Batam yang memperketat masuknya pendatang baru dari berbagai daerah di Indonesia ke Batam paska lebaran. Pasalnya, kebijakan tersebut justru memperkecil peluang perusahaan yang ada di Batam untuk mendapatkan tenaga kerja baru yang sedang dibutuhkan pada saat ini.

Abidin juga menilai hal itu tidak sesuai dengan semangat nasionalisme kebangsaan, karena pada dasarnya setiap warga negara Indonesia punya hak untuk bekerja di daerah manapun yang masih dalam wilayah Indonesia.

Rencana Investasi



Kepala Biro Pemasaran dan Humas Otorita Batam Rustam Hutapea mengatakan, kebutuhan tenaga kerja di Batam akan bergerak bersamaan dengan pertumbuhan industri yang ada. Saat ini beberapa investor asing sedang menjajaki rencana investasi di Batam di berbagai sektor antara lain, pariwisata, industri elektronik dan galangan kapal.

Salah satu investor yang bakal merealisasikan rencana investasi itu adalah investor dari Rusia, untuk itu pada Bulan Oktober ini juga akan ditandangani perjanjian kerja sama investasi antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Rusia di Jakarta.

Selain di Batam, sejumlah investor asing juga akan menanamkan investasinya di kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas Bintan dan Karimun, antara lain dari Korea Selatan.

Kepala Badan Pengusahaan FTZ Bintan Mardhiah mengatakan, rombongan investor asal Korea Selatan telah mengunjungi pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada Selasa (6/10) untuk menjajaki rencana investasi. Rombongan asal Korea Selatan itu datang ke Bintan dengan Ketua tim Irena Kim yang membawa sejumlah pimpinan perusahaan dari Korea Selatan.

BP FTZ Bintan, kata dia sesuai dengan potensi industri yang ada di Bintan, telah menawarkan beberapa bidang usaha yang bisa dijalani pengusaha Korea tersebut, antara lain industri maritim, resort atau sector pariwisata dan industri ringan.

Untuk itu, BP FTZ Bintan telah menyiapkan lahan sekitar 62 ribu hectare di empat kawasan yakni Bintan Utara seluas 58,8 ribu hectare, di Bintan Timur seluas 812,6 hektare, Galang Batang seluas 1,8 ribu hectare dan di Pulau Anak Lobam seluas 678,20 hektare. (gus).

Tidak ada komentar: