BATAM – Perusahaan perakitan elektronik PT Sat Nusapersada Tbk diketahui telah menerima order dari Sony Electronics, Kenwood dan Panasonics untuk mengerjakan komponen bahan baku Televisi, Tape Recorder untuk kendaraan roda empat, komponen Komputer dan lainnya, dengan jangka waktu kontrak hingga Maret 2010. Order yang diterima tersebut naik 40 persen dibanding kontrak yang diterima sebelumnya, sehingga perseroan optimistis pendapatan bisa tumbuh lebih dari 20 persen pada tahun depan.
Direktur Utama Satnusa Persada Abidin Hasibuan mengatakan, kontrak kerja dari pelanggan utamanya tersebut sudah ditandatangi dan akan dikerjakan hingga Maret 2010, selanjutnya kontrak tersebut akan diperpanjang kembali. Sementara itu, nilai kontrak untuk periode hingga Maret 2010 belum bisa disebutkan karena masih dilakukan penyesuaian dengan harga bahan baku dan biaya operasional lainnya.
“Bila order yang kami terima tahun ini anjlok, maka tahun depan hingga Maret 2010 kami sudah mendapat order dari pelanggan utama dan jumlahnya mengalami peningkatan rata rata sekitar 40 persen dari kontrak sebelumnya,” kata dia kepada Koran Jakarta, Kamis (19/11).
Perseroan juga mendapat order untuk mengerjakan produk baru dari pelanggan tersebut, Misalnya dari Sony untuk pembuatan komponen Televisi seperti Power Suplly, sedangkan dari Kenwood order baru yang diterima yakni pembuatan tape recorder untuk kendaraan roda empat.
Dengan demikian, perseroan cukup optimistis kinerja tahun depan bisa lebih baik dibanding 2009 dengan proyeksi pertumbuhan pendapatan sekitar 20 persen.
Selain telah diterimanya order dari Sony, Panasonic dan Kenwood tersebut, kata Abidin perseroan juga sedang negosiasi dengan perusahaan elektronik dari luar negeri unuk pengerjaan komponen TV Mobile. Komponen itu nantinya akan digunakan di Handphone sehingga masyarakat bisa nonton Televisi secara mobile melalui handphone.
Diterima order tersebut, menurutnya tidak terlepas dari langkah perusahaan yang terus meningkatkan kualitas produk dan layanannya kepada konsumen. Sementara itu, untuk harga, menurut dia bisa bersaing dengan perusahaan sejenis di Veitnam, Cina dan negara lainnya.
Perseroan juga senantiasa memperbaharui teknologinya, seperti yang akan dilakukan pada tahun depan. Menurut Abidin perseroan akan melakukan investasi miliaran rupiah, rincinya tidak dapat disebutkan. Investasi akan dilakukan untuk mengadopsi teknologi canggih atau High Tech sehingga produk yang dihasilkan perusahaan sesuai dengan standar internasional.
“Untuk itu, kami akan terus mengembangkan pabrik dan menambah mesin produksi,” kata dia.
Dana investasi yang akan digunakan tahun depan kata dia akan diambil dari dana internal dan fasilitas kredit yang masih tersedia di beberapa bank antara lain Bank Mandiri senilai 40 miliar rupiah.
Menurut Abidin, pihaknya memiliki cash flow cukup untuk membiayai ekspansi tahun depan ditambah fasilitas kredit yang dimiliki sehingga belum perlu mencari pendanaan baru.
Hingga September 2009 perseroan memiliki total asset 847,5 miliar rupiah, sementara itu pendapatan yang diterima hingga September 2009 sejumlah 1,43 triliun rupiah, lebih rendah dibanding periode sama 2008 yang 1,6 triliun rupiah namun meningkat bila dibanding kuartal sebelumnya.
Ditambahkan, dengan diterimanya order tersebut, perseroan akan menambah jumlah karyawannya sekitar 2.000 orang hingga akhir tahun ini.
Menurut dia, industri elektroni tahun depan bakal lebih baik dibanding tahun ini karena dampak krisis keuangan global sudah mulai mereda dan konsumsi produk elektronik akan meningkat kembali. Oleh sebab itu, perseroan tetap fokus pada industri elektronik dan belum berencana melakukan diversifikasi usaha ke sektor usaha lainnya.
Kepala Riset Asia Financial Network (AFN) Rowena Suryobroto kepada Koran Jakarta mengatakan, industri elektronik sepertihalnya dengan sektor energi, infrastruktur dan properti akan mengalami pertumbuhan cukup signifikan pada tahun depan karena prediksi pertumbuhan ekonomi 2010 lebih baik dibanding tahun ini.
Oleh karena itu, perusahaan elektronik merealisasikan rencana ekspansi usahanya yang ditunda pada tahun ini, namun untuk pendanaan tidak bisa mengandalkan dari bank disebabkan suku bunga kredit yang masih terlalu tinggi yang dapat membebani neraca pada masa depan dan bank juga masih mengambil sikap prudent dalam mencairkan kredit.
Menurut Rowena, pada semester satu 2010 ekonomi masih belum bisa dibaca atau masih dalam Gray Area dan pada semester kedua baru , pasar baru bisa dijadikan patokan bagi manajemen untuk mengambil keputusan.
Oleh karena itu, dia berharap Bank Indonesia bisa menekan perbankan untuk mengecilkan selisih suku bunganya dengan suku bunga acuan karena suku bunga bank saat ini masih berkisar diangka 12 persen sedangkan suku bunga acuan diangka 6,25 persen, selisih yang cukup tinggi itu menyebabkan perusahaan masih enggan pinjam mengajukan kredit. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar