Senin, 20 Desember 2010

Pengusaha China Investasi di Pulau Janda Berhias

BATAM – Perusahaan milik pemerintah China berencana membangun perusahaan perminyakan di Pulau Janda Berhias yang masih masuk wilayah administrasi Pemerintah Kota Batam dengan nilai investasi ditaksir 850 juta dollar AS setara dengan 7,7 triliun rupiah dengan kurs 9.000 rupiah per dollar AS pada tahun depan.



Walikota Batam Ahmad Dahlan mengatakan, salah satu BUMN asal Cina akan menanamkan modalnya di Pulau Janda Berhias, Batam Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), untuk membangun perusahaan perminyakan. Nilai investasi yang akan ditanamkan sekitar 850 juta dollar AS (7,7 triliun rupiah).

“MoU antara BUMN China dengan pemerintah sudah di tandatangani tinggal direalisasikan saja,” katanya, Kamis (9/12).

Untuk menbangun perusahaan tersebut, katanya, pengusaha China membutuhkan lahan sekitar 75 hektare yang akan dibangun terminal minyak dan fasilitas pendukung lainnya. Perusahaan asal China itu juga nantinya akan membangun perusahaan kimia.

Sebelumnya, perusahaan minyak dan gas dari Qatar yakni Gulf Petroleum Ltd juga berencana membangun kilang Migas di pulau Janda Berhias. Perusahaan tersebut akan bekerjasama dengan PT Batam Sentralindo (BS) selaku pengelola kawasan industri di pulau Janda Berhias. Untuk itu, PT BS akan mengalokasikan lahan seluas 250 hektare untuk membangun usaha tersebut.

Kilang migas yang akan dibangun oleh Gulf Petroleum merupakan instalasi proses pengolahan hulu minyak sebelum didistribusikan ke dalam negeri dan negara-negara lain di Asia Tenggara.

Pulau Janda Berhias saat ini sudah menjadi salah satu kawasan industri yang potensial bagi investasi asing, seiring dengan kondisi lahan di Pulau Batam yang sudah sangat terbatas.

Oleh karena itu, pada Agustus 2008 Pemkot Batam telah mengalokasikan sejumlah pulau lain di luar Pulau Batam, sebagai kawasan untuk pengembangan industri maritim dan pendukung migas dimana salah satu diantaranya adalah Pulau Janda Berhias.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Kepri Ir Cahya mengatakan, banyak investor asing dan dalam negeri yang ingin menanamkan investasinya di Batam namun terkendala disebabkan keterbatasan lahan.

“Hingga saat ini investor tidak mungkin lagi mendapat alokasi lahan di sekitar Batam karena lahan yang ada saat ini hampir seluruhnya sudah dialokasikan, seandainya terdapat lahan kosong pun merupakan kawasan hutan lindung,” katanya.

Oleh karena itu, pengembangan investasi di Batam perlu diarahkan ke pulau lainnya seperti Pulau Rempang dan Galang. Namun status lahan di pulau tersebut masih merupakan hutan lindung sehingga belum bisa dialokasikan sebagai kawasan komersil.

Presiden Komisaris PT Mitra Putra Rempang Tifus Narjono mengatakan banyak investor yang sudah ingin menanamkan investasinya di Pulau Rempang dan Galang seperti kelompok usaha asal Korea Selatan, Energy Master Co Ltd, untuk menggarap sejumlah proyek dengan nilai investasi ditaksir 10 juta dollar AS.

Selain itu, pengusaha nasional Tommy Winata juga berniat menanam investasi di Rempang dan Galang senilai 15 miliar dollar AS, Tommy bahkan sudah mendapat alokasi lahan dari Pemerintah Kota Batam seluas 17 ribu hektare.

Investor lainnya ialah PT Bukaka Barelang Energy yang akan berinvestasi 500 juta dollar AS dan PT Tanjung Pelita dengan investasi 873 juta dollar AS untuk membangun pembangkit listrik. Ada juga Al �Ain Industries Co Ltd yang akan berinvestasi 1 miliar dollar AS untuk kilang minyak serta Island World Holding Ltd yang akan berinvestasi 991 juta dollar AS.

Namun, belum jelasnya status lahan di Pulau Rempang dan Galang menyebabkan investor tersebut belum berani merealisasikan rencana tersebut. (gus).

Tidak ada komentar: