Senin, 20 Desember 2010

Batam Kembangkan Industri Rumput Laut

BATAM – Pemerintah Kota Batam menyiapkan 200 hektare lahan perairan di pulau Galang untuk dibudidayakan tanaman rumput laut melalui pola kerjasama antara masyarakat lokal dan perusahaan. Hasil produksinya sebagian besar akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri.



Walikota Batam Ahmad Dahlan mengatakan, potensi pengembangan agribisnis rumput laut di Batam cukup besar ditunjang luasnya wilayah perairan yang bisa menjadi lahan tempat tumbuhnya tanaman tersebut. Selain itu permintaannya untuk kebutuhan aneka industri juga cukup tinggi dari pasar luar negeri maupun domestik, sehingga perlu dilakukan budi daya rumput laut secara terintegrasi untuk mengangkat perekonomian masyarakat lokal.

“Marine Industri di Kota Batam baru bergerak sebatas industri Transhipment dan shipyard saja, padahal potensi kelautan yang dimiliki sangat besar, sehingga pemerintah sangat mendukung di rintisnya agribisnis rumput laut, ditambah lagi pengembangannya membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga dapat memberdayakan masyarakat tempatan dan juga meningkatkan kesejahteraan para petani rumput laut,” katanya, Senin (13/12).

Untuk itu, Pemko Batam memusatkan pengembangan agribisnis rumput laut di Pulau Galang yang memiliki garis pantai cukup panjang dan lahan perairan yang dialokasikan sekitar 200 hektare, dan saat ini baru ditanam sekitar 7 hektare.

Pengembangannya, kata Dahlan dilakukan atas kerjasama antara Koperasi Rumput Laut Ikan Lepu yang merupakan koperasi binaan dari Induk Koperasi Angkatan Laut (INKOPAL) dengan PT. Rumput Laut Nusantara dan Yayasan Keanekaragaman hayati (Kehati).

Direktur PT. Rumput Laut Nusantara, Muhammad Hadi Katili, mengatakan dalam kerjasama tersebut, PT. Rumput Laut Nusantara akan bertindak selaku penyedia bibit, modal dan melakukan penyuluhan. Sementara itu, koperasi dan masyarakat akan mengerjakan pembibitan, melakukan perawatan dan sekaligus memasarkan produk rumput laut yang dihasilkan kepada koperasi.

Terkait dengan sistem budidayanya, akan dilakukan dengan menggunakan sistem bantalan layang yaitu dibiakkan secara melayang, idealnya berada 30-50 cm dari permukaan laut untuk memberi kesempatan kepada benih rumput laut untuk menyerap sinar matahari, sebab rumput laut sangat membutuhkan sinar matahari dalam melangsungkan proses fotosintesa.

“Agar kebutuhan sinar matahari tersedia dalam jumlah yang optimal maka harus diatur kedalaman dalam membudidayakannya,” katanya. Ditambahkan, dari 100 gram bibit rumput laut yang di biakkan setelah 45 hari maka bisa dilakukan pemanenan dengan hasil produksi sekitar 1.200 gram.

Target Produksi

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menargetkan produksi rumput laut sekitar lima ton perhari atau naik lima kali lipat selama lima tahun kedepan hingga 2015, dibanding produksi saat ini yang satu ton perhari. Untuk itu telah dialokasikan dana satu miliar rupiah sebagai bantuan modal dan pengembangan budidaya bagi 100 rumah tangga tani.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Lamidi mengatakan, pemerintah telah menganggarkan dana sekitar satu miliar rupiah dari APBD untuk meningkatkan produksi rumput laut yang akan menjadi produk unggulan dari Provinsi Kepri.

“Produksi rumput laut akan ditingkatkan hingga 560 persen selama lima tahun kedepan hingga 2015, oleh karena itu kita anggarkan dana satu miliar rupiah untuk pengembangan bagi petani,” katanya.

Dana itu akan digunakan untuk bantuan modal awal untuk sekitar 100 rumah tangga petani yang tersebar di Batam, Bintan, Senayang Lingga, dan Natuna serta untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang teknik budi daya rumput laut.

Pengembangan rumput laut di Kepri sejalan dengan program revitalisasi sektor perikanan Pemerintah Pusat yang telah menjadikan Provinsi Kepri sebagai daerah unggulan nasional untuk pengembangan rumput laut. Dijadikannya Kepri sebagai daerah unggulan karena potensinya cukup besar, itu terlihat dari luas lahan yang bisa di jadikan areal budi daya yang mencapai 435 hektare dan saat ini baru dimanfaatkan 0,2 persen saja. (gus).


Tidak ada komentar: