JAKARTA - Perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT), PT Pan Brothers Tbk akan membeli mesin produksi baru senilai satu juta dollar AS atau sekitar 10 miliar rupiah dengan kurs 10 ribu rupiah per dollar AS, di semester dua ini guna mengantisipasi lonjakan order atau permintaan pada tahun 2011.
Direktur Keuangan Pan Brothers Fitri R Hartono mengatakan, permintaan produk tekstil dari pelanggan di luar negeri terus mengalami peningkatan sejak awal tahun 2010, dan diperkirakan akan terus meningkat sampai akhir tahun ini.
Itu dipicu oleh mulai membaiknya situasi ekonomi global yang menyebabkan permintaan tekstil dan produk tekstil (TPT) naik.
“Kami sudah siapkan dana 1 juta dollar AS untuk membeli mesin baru,” katanya, Kamis (24/6).
Pertumbuhan permintaan TPT itu, kata dia akan berlanjut hingga tahun depan atau 2011, sehingga pihaknya mulai berani melakukan investasi membeli mesin produksi baru yang akan dilakukan di semester dua ini senilai satu juta dollar AS (10 miliar rupiah), dengan tujuan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan di tahun 2011.
Dana investasi itu, kata Fitri sudah disiapkan dari kas internal dan akan dibelanjakan sekitar awal semester satu. Mesin yang akan dibeli adalah mesin produksi untuk menjahit dan mesin pendukung sarana produksi lainnya.
Sekretaris Perusahaan Pan Brothers Iswar Deni mengatakan, perseroan sebenarnya mengalokasikan belanja modal 5 juta dollar AS pada tahun ini, namun sebagian besar digunakan untuk pemeliharaan mesin atau maintenance dan sebagian kecil digunakan membeli mesin produksi baru.
Iswar optimistis dengan bertambahnya mesin produksi baru tersebut, kinerja tahun ini bisa lebih baik disbanding 2009 meskipun baru akan dirasakan peningkatannya secara signifikan tahun depan.
Pada tahun 2010 ini, perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan secara optimistis 15-20 persen, sedangkan target fisimistisnya sebesar 10 persen.
“Target optimistis kami pertumbuhan penjualan bisa mencapai 15-20 persen sedangkan pesimistisnya hanya 10 persen,” katanya.
Menurut Deni, pembelian mesin produksi baru perlu dilakukan untuk menjaga kualitas produksi, pasalnya hampir seluruh produksi di ekspor ke luar negeri seperti Amerika Serikat, Eropa dan Asia seperti Jepang , Taiwan dan Korea.
Sekretaris Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Emovian G Ismy mengatakan, meskipun perekonomian global sudah mulai pulih dan permintaan produk tesktil meningkat, namun industri tekstil dalam negeri masih mengalami banyak persoalan, khususnya bagi perusahaan tekstil skala menengah kecil yang bergantung pada pasar lokal.
Itu dipicu oleh berlakunya perdagangan bebas Asean Cina yang menyebabkan maraknya penjualan produk TPT dari Cina dengan harga murah.
Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan penuh dari pemerintah, misalnya soal pengenaan suku bunga bank, jika di Tiongkok suku bunga hanya 5-6 persen, maka pemerintah juga diharapkan bisa memberlakukan hal yang sama, selain itu juga perlu adanya pengembalian pajak ekspor.
Menurut Ernovian, jika tidak ada perbaikan dari pemerintah dalam waktu cepat, maka dikuatirkan banyak industri tekstil akan gulung tikar pada tahun ini, khususnya yang bergantung pada pasar lokal. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar