Kota Tanjung Pinang di Pulau Bintan yang dikenal sebagai kota Gurindam atau Negeri Pantun adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia yang perkembangannya tidak bisa dilepaskan dari sejarah suku Melayu. Kota itu dikenal sebagai kota tua yang sudah sejak lama menjadi basis pertumbuhan kerajaan Melayu dan juga tempat lahirnya para pujangga besar.
Sebelum kemerdekaan, Kota Tanjungpinang berasal dari Kerajaan Melayu yang didirikan sekitar Abad XVI dan menurut catatan sejarah, pusat pmerintahan berkedudukan di Pulau Penyengat yang sekarang ini menjadi lokasi pariwisata budaya sebagai pusat pengembang budaya melayu.
Raja Melayu pertama kala itu bernama Raja Abdul Rahman yang masa pemerintahannya dari tahun 1722-1911 menjalankan dengan adil dan bijaksana, sehingga kesejahteraan rakyatnya meningkat dan selain itu juga berhasilan menjalankan roda pemeritahnya, sehinga terkenal di Nusantara serta kawasan Semenanjung.
Setelah Sultan Riau wafat pada Tahun 1911, kerajaan tersebut diteruskan oleh keturunannya dan raja terakhir adalah Raja Jakfaar dan Istrinya bernama Engku Putri Hamidah.
Kemudian setelah kemerdekaan Republik Indonesia diperoleh dari penjajahan, maka pada erah otonomi daerah wilayah kerajaan ini menjadi bagian dari Kota Tanjungpinang.
Tanjung Pinang memiliki pesona menarik dengan beragam kultur budaya suku dari hampir seluruh Indonesia masuk ke kota ini, namun bahasa Melayu masih tetap menjadi bahasa utama dan memiliki cirri tersendiri yang tergolong klasik, dan sedikit unik terdengar di telinga orang-orang dari luar kota , namun memiliki daya tarik tersendiri.
Kota itu memiliki cukup banyak area wisata seperti Pulau Penyengat yang hanya berjarak kurang lebih dua mil dari pelabuhan laut Tanjung Pinang, pantai Trikora dengan pasir putihnya kurang lebih 65 km dari kota dan pantai Cermin di pusat kota.
Tanjung Pinang dikenal sebagai negeri Pantun atau Kota Gurindam karenya banyaknya pujangga atau penyair yang lahir dari kota itu. Salah satunya Raja Ali Haji yang tidak hanya dikenal di Indonesia tapi juga di Malaysia, Singapura dan Brunai Darusalam dengan karyanya Gurindam 12 yang berisi petuah dan nasihat bagi manusia dalam menjalani kehidupan.
Walikota Tanjung Pinang, Suryatati A Manan yang juga menulis buku kumpulan puisinya mengatakan, selama hampir 10 tahun berdirinya kota Tanjung Pinang, pihaknya tetap akan memepertahankan cirinya sebagai Kota Gurindam. Oleh karenanya program pemerintah akan didorong untuk selalu menumbuhkan budaya dan kearipan lokal.
Pemerintah daeah bahkan akan membuat Kawasan Budaya Senggarang' di Senggarang. Hal itu sudah digagas sejak tahun 2004 lalu, namun sampai sekarang belum tergarap.
“Pemda sudah menyediakan lahan seluas sekitar 6 hektar untuk itu dan segera dibangun proyeknya,” kata dia.
Dalam membangun Kota Tanjungpinang, pihaknya tetap mengedepankan visi yang ada, yakni mewujudkan Kota Tanjungpinang sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa Industri Pariwisata, serta Pusat Budaya Melayu dalam Lingkungan Masyarakat yang Agamis, Sejahtera Lahir dan Bathin pada tahun 2020.
Untuk mencapai visinya tersebut, Pemko Tanjungpinang menerapkan misi diantaranya dengan meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia), memberdayakan masyarakat, mengembangkan tata nilai kebudayaan Melayu, mengembangkan dan meningkatkan infrastruktur, menjalin dan mengembangkan hubungan kerja sama dalam dan luar negeri, memelihara dan memantapkan stabilitas politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, dan Ketertiban Masyarakat, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas aparatur pemerintahan. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar