JAKARTA - Perusahaan ritel berformat minimarket PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) sudah menyelesaikan studi kelayakan rencana ekspansi usahanya ke Vietnam tahun ini, hasil studi tersebut menyebutkan bahwa pembukaan gerai di Vietnam layak karena cukup prospektif dengan margin yang cukup tinggi, namun tingginya sewa properti menjadi hambatan sehingga perseroan baru akan memutuskan jadi atau tidaknya rencana itu pada Mei 2010.
Wakil Direktur Utama yang juga Sekretaris Perusahaan Alfamart Henryanto Komala menjelaskan, pihaknya baru saja menyelesaikan visibilities study atau studi kelayakan untuk pembukaan gerai di Vietnam .
“Kami baru putuskan apakah akan merealisasikan pembukaan gerai di Vietnam pada Mei nanti, namun dari hasil studi kelayakan menyebutkan ekspansi ke negara tersebut cukup layak,” katanya, Kamis (22/4).
Hasil studi kelayakan tersebut menyebutkan bahwa pembukaan gerai di Vietnam relative menguntungkan karena margin yang akan diterima cukup tinggi serta prospektif disebabkan belum banyak kompetitor.
Meski demikian, pihaknya belum memutuskan untuk merealisasikan rencana tersebut disebabkan masih ada beberapa kendala antara lain, pertama sewa properti yang cukup tinggi, yakni hampir tiga kali lipat lebih tinggi dibanding sewa properti di Jakarta . Kedua, kendala bahasa dan budaya yang menyebabkan perseroan membutuhkan waktu lama untuk menyesuaikan dengan kondisi di Vietnam . Ketiga, kendala regulasi yang masih sering berubah karena Vietnam baru membuka diri terhadap investasi asing yang menyebabkan risiko investasi menjadi lebih tinggi.
Menurut Henryanto, pihaknya baru akan mengambil keputusan jadi atau tidak untuk membuka gerai di Vietnam pada Mei mendatang.
Ditambahkan, jika rencana tersebut jadi dilakukan pihaknya sudah menyiapkan biaya investasi sekitar 20 juta dollar AS atau sekitar 200 miliar rupiah dengan kurs 10.000 rupiah per dollar AS yang berasal dari dana internal.
Untuk mengurangi biaya investasi, perseroan berencana mengandeng perusahaan lokal namun sampai saat ini belum didapat karena sulit mencari pengusaha lokal yang bisa menerima konsep yang ditawarkan.
“Jika mengandeng perusahaan lokal kami akan mendapat kesulitan dalam negosiasi akhir sebab masing masing pihak diperkirakan akan mempertahankan ide dan konsepnya, seperti dalam penjualan barang, konsep gerai dan lainnya” kata dia.
Sementara itu, hingga Maret 2010 perseroan telah membuka 200 gerai di seluruh Indonesia sehingga jumlah gerai yang dimiliki saat ini 3.600 gerai.
Bagi Dividen
Terkait dengan diperolehnya laba bersih 186,4 miliar rupiah di kinerja keuangan 2009 perseroan diperkirakan akan membagi dividen kepada pemegang saham, namun rencana itu baru akan diputuskan dalam RUPSLB pada Juli 2010.
“Tahun sebelumnya kami membagi dividend an mungkin untuk kinerja 2009 juga akan dibagikan tapi nanti baru diputuskan dalam RUPSLB,” katanya.
Perseroan membukukan laba bersih 2009 sebesar 186,4 miliar rupiah naik 40,4 persen dibanding 2008 yang 132,8 miliar rupiah. Peningkatan laba itu dipengaruhi oleh naiknya penjualan sebesar 27,7 persen dari 8,3 triliun rupiah di 2008 m enjadi 10,6 triliun rupiah di 2009.
Untuk tahun ini, kata Henryanto, pihaknya menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 25 persen dibanding perkiraan realisasi 2009.
Untuk mengejar target tersebut perseoan melakukan beberapa langkah antar lain, menerapkan strategi lebih akrab dengan lingkungan untuk itu perseroan akan mengembangkan pemilik toko yang ada di lingkungan sekitar perusahaan caranya dengan memberi pelatihan entrepreneurship dan bertindak sebagai distributor bagi toko toko kecil yang ada di sekitar perusahaan.
Strategi lainnya adalah mengembangkan efisiensi caranya dengan menghembat penggunaan energi dan menerapkan teknologi dalam layanan pada konsumen.
Kepala Riset Asia Financial Network (AFN) Rowena Suryobroto mengatakan, bisnis ritel di dalam negeri pada tahun ini akan tumbuh lebih baik dibanding 2009 ditunjang oleh meningkatnya pendapatan masyarakat.
“Semua hal yang menopang pendapatan masyarakat pada tahun ini sudah lebih baik dibanding 2009,” katanya. Selain itu, adanya proyeksi pertumbuhan ekonomi yang 5,5 persen serta naiknya produksi sejumlah komoditas juga akan memicu maraknya industri ritel.
Oleh sebab itu, menurut Rowena, Alfamart mestinya lebih agresif melakukan penetrasi di pasar domestik karena sampai saat ini keberadaan Alfamart masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, padahal potensi pasar di Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi cukup besar.
Meski demikian, untuk jangka panjang langkah ekspansi ke luar negeri tersebut cukup positif untuk mengetahui lebih awal kondisi pasar yang ada. Namun, jika rencana ekspansi ke luar negeri tetap dilakukan, beberapa hal yang harus diperhatikan managemen Alfamart adalah faktor risiko bisnis karena kondisi investasi, kondisi pasar dan selera konsumen di Vietnam berbeda dengan Indonesia . Oleh karena itu, dibutuhkan kajian yang mendalam sebelum rencana itu direalisasikan. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar