JAKARTA - Perusahaan ternak PT Sierad Produce Tbk diperkirakan tidak akan membagi dividen untuk tahun buku 2009, meskipun laba bersih 2009 naik 37 persen karena menjadi 37 miliar rupiah disbanding 2008 karena perusahaan itu baru menyelesaikan proses kuasi organisasi untuk menghilangkan defisit saldo akibat rugi kurs yang terjadi pada 1998.
Sekretaris Perusahaan Sierad Produce Elies Lestari Setiawan mengatakan, kinerja pada 2009 cukup positif dengan nilai penjualan 3,241 triliun rupiah naik hingga 89,24 persen dibanding 2008 yang 1,7 triliun rupiah. Sedangkan laba bersih naik 37 persen menjadi 37 miliar rupiah dari 27 miliar rupiah di 2008.
“Meski laba kami meningkat pada 2009, namun diperkirakn tidak akan bagi dividen karena baru saja menyelesaikan proses kuasi organisasi,” katanya, Senin (19/4).
Meski demikian, kata Elies pihaknya diperkirakan tidak akan membagi dividen kepada pemegang saham karena perseroan baru saja menyelesaikan proses kuasi organisasi untuk menutup difisit saldo akibat kerugian kurs yang terjadi pada 1998.
Menurut Elies, pihaknya baru saja menyelesaikan kuasi organisasi, itu perlu dilakukan karena hingga Juni 2009, neraca perseroan masih terdapat saldo defisit 2,3 triliun rupiah.
Saldo Defisit itu terjadi karena pada 1998 saat krisis ekonomi di Indonesia , perseroan memiliki utang 313 juta dollar AS. Hutang itu dilakukan karena prediksi ekonomi nasional sebelumnya sangat positif sehingga perseroan berutang untuk membiayai sejumlah rencana ekspansi usaha dalam rangka membangun industri ternak terbesar di Asia Tenggara.
Namun, ketika krisis terjadi utang tersebut tidak bisa dibayar karena terdapat selisih kurs yang sangat tinggi. Pada saat utang dilakukan, kurs rupiah yang dipakai sekitar 2.500 rupiah per dollar AS, ketika krisis rupiah mencapai 15.000 sampai 20.000 rupiah per dollar AS.
“Saldo Defisit semata mata disebabkan rugi selisih kurs bukan rugi operasional,” katanya. Akibatnya management tidak dapat melakukan langkah apapun untuk pengembangan perusahaan.
Untuk membayar utang tersebut, kata Elies perseroan malakukan beberapa langkah, pertama menilai kembali seluruh asset tetap dan asset lancar dari sini diperoleh nilai 108 miliar rupiah, selanjutnya diperoleh dari agio sekitar 237 miliar rupiah.
Jumlah itu kata dia masih belum menutupi saldo deficit yang mencapai 2,3 triliun rupiah sehingga perseroan melalui persetujuan pemegang saham saat RUPSLB (22/12), mengambil langkah untuk menurunkan nilai nominal saham.
Untuk saham seri A yang harganya 5.000 rupiah per lembar dirubah menjadi 395 rupiah, sedangkan seri B yang harganya 3.000 rupiah menjadi 395 rupiah dan seri C harga tetap menjadi 100 rupiah per lembar.
“Dengan demikian, harga saham kami saat ini hanya terdiri dari dua harga yakni 395 rupiah dan 100 rupiah,” katanya.
Perubahan nilai nominal saham itu, katanya tidak akan mempengaruhi kewenanganan pemegang saham karena jumlah saham yang dimiliki tidak berubah. Meski demikian, jumlah modal disetor perseroan berubah menjadi 1,15 tirliun rupiah dari 3,18 triliun rupiah.
Akibat dari penurunan nilai saham tersebut atau efek dari kuasi itu akhirnya menyebabkan perusahaan mendapat dana sekitar 2,0 triliun rupiah, sehingga saldo deficit bisa ditutup.
Dengan demikian, kata Elies, pada laporan keuangan tahun depan sudah tidak ada lagi saldo defisit.
Dengan tidak adanya lagi saldo defisit dalam neraca keuangan tersebut, kata Elies pihaknya akan semakin ekspansif tahun ini, dan laba bersih yang diterima pada 2009 diperkirakan akan digunakan untuk pengembangan dan modal kerja sehingga dividen belum akan dibagikan pada pemegang saham.
Perseroan akan melanjutkan rencana bisnis pengadaaan bahan baku jagung yang sempat tertunda pada 2008 lalu, seiring dengan telah diterimanya fasilitas kredit dari Bank Syariah Mandiri sejumlah 40 miliar rupiah, dengan demikian perseroan optimistis kinerjanya tahun ini lebih baik dibanding 2009.
Analis BNI Securities Alfatih mengatakan, dalam kondisi pasar yang sedang goncang saat ini, emiten dituntut untuk melakukan efisiensi, oleh sebab itu langkah yang dilakukan Sierad dengan ekspansi ke perkebunan jagung untuk ekspansi usaha diperkirakan dapat meningkatkan kinerja perusahaan itu.
Namun, mencermati kinerja saham perseroan saat ini yang tidak likuid, menyebabkan aksi itu diperkirakan tidak sanggup mengangkat kinerja sahammya. Menurutnya, investor masih menunggu aksi korporasi yang lebih ampuh untuk mengangkat sahamnya. Dari fundamental perseroan, katanya, secara umum Sierad Produce Tbk relatif baik yang ditandai dengan peningkatan penjualan. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar