BATAM – Perusahaan galangan kapal milik investor asal Dubai, PT Drydock World Graha akan mengurangi tenaga kerja asing dan menggantinya dengan tenaga kerja lokal sebagai dampak dari kerusuhan yang terjadi beberapa hari lalu yang menyebabkan perusahaan itu merugi miliaran rupiah karena dibakarnya sejumlah asset oleh ribuan buruh.
Gubernur Provinsi Kepulauan Riau yang juga Ketua Dewan Kawasan FTZ Batam, Bintan dan Karimun (BBK) Ismeth Abdullah menjelaskan, paska kerusuhan yang terjadi di PT Drydock pihaknya segera membentuk tim khusus yang terdiri dari Dewan Kawasan, Dinas Perindustrian dan Perdaangan Provinsi Kepri, Dinas Tenaga Kerja Kepri dan Badan Promosi dan Investasi Kepri untuk menyelidiki dan mencari solusi atas kasus tersebut.
“Kami telah mengubungi sejumlah konsulat luar negeri seperti Singapura, Korea, London guna meyakinkan bahwa iklim investasi di BBK tetap kondusif meski ada kejadian tersebut dan pihak luar negeri telah menyatakan sikap untuk memahami atas kerusuhan itu,” kata Ismeth, Minggu (24/4).
Tim khusus tersebut selanjutnya langsung mengadakan pertemuan dengan pihak PT Drydock dan sejumlah perusahaan asing dan nasional yang ada di Batam. Dari hasil pertemuan itu disimpulkan tiga hal, pertama, kerusahan yang terjadi di PT Drydock World tidak sampai mempengaruhi iklim investasi di Provinsi Kepri, khsusunya di kawasan FTZ BBK. Itu tercermin dari sikap dan pernyataan yang dikemukakan oleh perusahaan asing dan nasional yang beroperasi di BBK saat pertemuan berlangsung.
Kedua, kerusuhan yang terjadi di PT Drydock adalah murni permasalahan internal perusahaan itu yang disebabkan hubungan kerja yang tidak harmonis antar karyawan.
Ketiga, kata Ismeth merupakan hal yang terpenting yakni PT Drydock akan mengambil langkah langkah paska kerusuhan itu yakni, mengurangi tenaga kerja asing dan mengantinya dengan tenaga kerja lokal. Lalu manajemen perusahaan itu juga akan melakukan pembinaan budaya dan adat istiadat terhadap pekerja asing sepertihalnya yang dilakukan perusahaan asing lainnya yang beroperasi di Provinsi Kepri.
PT Drydock juga sudah menyepakati untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) paska kerusahan tersebut.
Menurut Ismeth, saat ini kondisi investasi di Provinsi Kepri tetap kondusif dan kerusahan tersebut tidak melebar ke perusahaan lainnya.
“Kerusahan yang terjadi di Drydock murni spontanitas karena pekerja lokal di perusahaan itu merasa diperlakukan tidak pada tempatnya,” kata dia, Minggu (24/4).
Investor Cina
Kepala Badan Promosi dan Investasi Provinsi Kepri Syek Muhamad Taufik mengatakan, pihaknya merasa bersyukur ternyata kerusuhan yang terjadi hari Kamis di PT Drydock tersebut tidak merembet keperusahaan lainnya dan hampir seluruh perusahaan di Batam tetap beroperasi seperti biasanya pada Jumat kemarin.
Kerusuhan itu juga, kata dia tidak membatalkan minat sejumlah investor asing untuk menanamkan modalnya ke Batam. Bahkan investor asal Cina yang sudah menyatakan minat untuk investasi segera merealisasikannya.
Investor asal Cina yang akan merealisasikan investasinya itu bergerak di industri Minyak dan Gas (Migas) dengan nilai investasi awal ditaksir 5 triliun rupiah.
Selain Cina, Investor asal Polandia juga akan merealisasikan investasinya di Batam pada tahun ini. Sejumlah 20 perusahaan Polandia telah mengunjungi Batam dan berniat menanamkan modal di berbagai sector industri. Selain itu, investor asal Rusia dan Korea juga akan merealisasikan investasinya di industri galangan kapal di Batam.
Kepala Biro Humas Otorita Batam Dwi Joko Wiwoho mengatakan, investasi ke Batam setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Pada 2009 nilai investasi yang masuk ke Batam 358,7 juta dollar AS yang terdiri dari 82 proyek baru berasal dari Singapura, Inggris, India, Jepang dan Belanda.
Ada pun bidang usahanya meliputi Industri pembuatan atau perbaikan Kapal (8 proyek), Industri pallet kayu dan komponen bahan bangunan, perdagangan besar (Distributor Utama) Ekspor/Impor, Industri peralatan lainnya dari logam dan industri paku, mur dan baut, Penjualan langsung dari jaringan (direct selling), Jasa Engineering Procurement Construction (EPC), Industri panel listrik, switches dan rak kabel, Perkebunan jarak pagar(jatropha curcas), Industri roti, Industri rokok putih, serta Industri dan jasa lainnya (41 proyek).
Dengan demikian kumulatif PMA di Batam sejak tahun 1971 sampai Desember 2009 telah mencapai 1.132 PMA dengan nilai investasi mencapai 5.662.462.562 dollar AS dan 173 PMDN senilai 3.249.554.200.000 rupiah dengan perkiraan total jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 300.078 orang.(gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar