JAKARTA – Perusahaan perdagangan produk elektronik, PT Agis Tbk akan memulai bisnis baru di sektor pertambangan pada tahun 2011 dengan mengandeng perusahaan investasi asal Swiss yakni Global Emerging Market (GEM) yang telah menyiapkan dana 150 juta dollar AS (1,35 triliun rupiah), sehingga kinerjanya bisa meningkat.
Direktur Agis, Steven Kesuma kepada Koran Jakarta mengatakan, perseroan akan bekerjasama dengan perusahaan investasi asal Swiss yakni Global Emerging Market (GEM) untuk mengelola bisnis pertambangan yang kemungkinan dimulai tahun depan. Perjanjian kerjasamanya sedang disusun saat ini dan diharapkan rampung sebelum akhir tahun 2010.
“Proposal kerjasama Agis dengan GEM sedang disusun dan akan diimplementasikan secara bertahap, saat ini baru sebatas MoU dan kuartal empat nanti akan dilakukan du diligence untuk mengetahui sector pertambangan yang akan dijalani dan kemungkinan salah satunya sector batu bara atau Nikel,” katanya, Selasa (28/9).
Dalam proposal kerjasama itu disebutkan, GEM akan menyiapkan dana maksimal 150 juta dollar AS setara dengan 1,35 triliun rupiah dengan kurs 9.000 rupiah per dollar AS, dan Agis juga akan menyiapkan dana ratusan miliar rupiah, angka pastinya belum bisa disebutkan.
Jumlah dana yang disiapkan perseroan, kata Steven akan disesuikan dengan kebutuhan operasional yang akan dijalani nantinya.
Untuk mengelola bisnis pertambangan itu, menurut Steven ada beberapa alternative pertama kedua perusahaan akan membentuk perusahaan baru (Joint Venture), kedua Agis akan membentuk anak usaha yang khusus menangani bisnis pertambangan atau ketiga akan diserahkan pada perusahaan mitra.
Kemungkinan kemungkinan itu, katanya sedang digodok saat ini dan akan dimasukan dalam proposal kerjasama nantinya.
Terkait dengan sektor yang akan dikelola, Steven belum bisa menyebutkan karena pihaknya baru akan melakukan du diligence terhadap sektor-sektor pertambangan yang akan digeluti pada kuartal empat tahun ini. Namun, kemungkinan besar salah satu sector yang akan dijalankan adalah pertambangan batu bara, seiring terus membaiknya harga batu bara di pasar nasional dan global.
Untuk itu, perseroan sedang mengincar beberapa pertambangan batu bara di Kalimantan dan Sumatra .
Fokus Investasi
Menurut Steven, ekspansi ke bisnis pertambangan merupakan strategi perusahaan untuk meningkatkan kinerja, karena selama 15 tahun menjalani usaha perdagangan elektronik kurang memperoleh pendapatan dan laba yang memuaskan.
Oleh karena itu, perseroan berencana memasuki banyak sector usaha yang mempunyai nilai tambah dan salah satunya sektor pertambangan. Dengan menjalani banyak usaha tersebut, perseroan nantinya akan membentuk holding company yang hanya menjalani bisnis investasi sedangkan sector usahanya sendiri nantinya akan dijalankan oleh anak usaha atau perusahaan mitra.
Terkait dengan proyeksi kinerja tahun ini, Steven belum bisa menyebutkan namun menurut dia masih mengalami tekanan karena permintaan belum pulih akibat krisis keuangan global tahun 2008. Pada semester satu saja perseroan mengalami kerugian sebesar 44,53 miliar rupiah, lebih tinggi disbanding periode sama 2009 yang 18,82 miliar rupiah.
Perseroan juga mencatatkan kewajiban lancar sebesar 323,4 miliar rupiah dan tidak lancar 5,66 miliar rupiah pada semester satu 2010, sedang ekuitasnya mencapai 1,05 triliun rupiah. Jumlah aktiva Perseroan pada semester I-2010 senilai 1,39 triliun rupiah atau turun dibanding periode sama 2009 yang 1,5 triliun rupiah.
Riset yang dilakukan PT Danareksa Sekuritas pada Juli 2010 menyebutkan sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang cukup bergairah saat ini.
Sepanjang tahun 2009, sektor pertambangan mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi. Dari pertumbuhan sebesar 0,7 persern pada tahun 2008, sektor ini berhasil mencatat pertumbuhan sebesar 4,4 persen pada 2009. Peningkatan yang cukup signifikan ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan berkembang dengan cukup pesat.
Ppada awal tahun 2010, nilai ekspor sektor pertambangan terus menanjak, pada Januari 2010, laju pertumbuhan nilai ekspor komoditas pertambangan telah mencapai 39,9 persen dan terus meningkat hingga laju pertumbuhannya mencapai 53,5 pada bulan April 2010.
Pertumbuhan sektor pertambangan yang cukup pesat itu tidak terlepas dari dukungan harga-harga komoditas pertambangan di pasar internasional yang meningkat selama tahun 2009. Misalnya harga tembaga dari harga rata-rata sebesar 3221 dollar AS per ton pada bulan Januari 2009 naik menjadi 6986 dollar AS per ton pada bulan Desember 2009. Sementara itu, harga aluminimum naik dari harga rata-rata sebesar 1413 dollar AS per ton pada bulan Januari 2009 menjadi 2181 dollar AS per ton pada bulan Desember 2009.
Namun demikian, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pertumbuhan sektor pertambangan dapat mencapai hasil yang maksimal di masa mendatang. Salah satunya adalah laju pertumbuhan volume ekspor di sektor pertambangan. Laju pertumbuhan volume tersebut ternyata cenderung menurun sejak awal tahun 2007.(gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar