JAKARTA - Perusahaan keramik, PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk melakukan efisiensi biaya produksi dengan menghentikan hampir secara menyeluruh bahan baku produksi dari Ukraina dan mengalihkannya ke bahan baku lokal dari Belitung dan Lampung karena harganya lebih murah dan kualitasnya relatif sama dengan kualitas impor.
Sekretaris Perusahaan Intikeramik Kurniadi mengatakan, pihaknya sejak awal tahun ini telah menghentikan hampir secara menyeluruh bahan baku produksi pembuatan keramik dari negara Ukraina karena harganya yang terus meningkat. Untuk itu, perseroan mengalihkannya ke bahan baku produksi dalam negeri yakni dari Belitung Provinsi Bangka Belitung dan dari Provinsi Lampung.
“Penghentian impor bahan baku perlu dilakukan dalam rangka efisiensi agar keuntungan yang kami terima bisa lebih besar pada tahun ini,” katanya, Senin (7/6).
Dengan demikian, katanya perseroan mampu mengurangi pengeluaran untuk biaya pembelian bahan baku sekitar 3-4 persen dari total pengeluaran yang mencapai lima miliar sampai enam miliar rupiah per bulan. Meski menggunakan bahan baku lokal, perseroan tetap menjamin kualitas produksi tidak akan berkurang karena kualitas bahan baku lokal hampir sama dengan impor.
Menurut Kurniadi, pengalihan penggunaan bahan baku dari impor ke lokal sebenarnya ingin dilakukan sejak lama, namun terbentur oleh pengelolaan penambangan yang masih belum terkordinir secara baik oleh masyarakat yang menjadi penambang bahan baku tersebut.
Oleh karena itu, beberapa tahun lalu perseroan melakukan pembinaan terhadap masyarakat lokal dalam pengeloaan bahan baku tersebut khususnya bahan baku Clay dan Feldspar. Saat ini, masyarakat yang dibina tersebut sudah mampu melakukan penambangan dengan baik sehingga jaminan pasokan bahan baku bisa terjaga.
Perseroan optimistis dengan pengalihan penggunaan bahan baku itu bisa meningkatkan laba, karena beban usaha berkurang seiring dengan turunya ongkos atau biaya pembelian bahan baku impor.
Dari segi penjualan sendiri, kata Kurniadi pihaknya masih tetap optimistis dengan target yang telah dibuat diawal tahun yakni dengan angka pertumbuhan 20 persen atau sekitar 300 miliar rupiah dibanding realisasi tahun 2009 yang 225,8 miliar rupiah.
Untuk mencapai target pertumbuhan itu, selain efisiensi dengan menghentikan impor bahan baku perseroan juga melakukan langkah lain, pertama, pokus pada produk premium yang memberi margin tinggi. Untuk itu, langkah yang akan dilakukan adalah fokus di pasar dalam negeri, memperkuat brand image produk Essenza, meningkatkan jalur distribusi, membina hubungan yang baik dengan distributor, meningkatkan anggaran iklan dan menggunakan sistem informasi dengan teknologi canggih.
Langkah Kedua, mengurangi variasi produk, terutama produk yang sudah ketinggalan jaman. Ketiga, Peluncuran produk dengan inovasi yang lebih baru dan sesuai dengan selera konsumen.
Ketua Asosiasi Industri Keramik Indonesia (Asaki) Ahmad Wijaya mengatakan, industri keramik di kuartal pertam tahun ini telah tumbuh sekitar 3,0 persen dan kuartal dua diperkirakan tumbuh 4,5 persen sedangkan hingga akhir tahun diprediksi tumbuh sekitar 8,0 persen.
Perusahaan keramik, kata dia banyak yang akan melakukan investasi dan ekspansi usaha seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi nasional dan global yang menyebabkan permintaan produk keramik meningkat.(gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar