Selamat datang dan selamat bergabung di Blog Pribadi saya, semoga informasi yang di posting bisa menambah wawasan. Salam..... Agus Salim 08192263032.
Rabu, 20 Juli 2011
Minat Asing Investasi di KEK BBK Tumbuh
Investor asing masih mengincar Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batam, Bintan dan Karimun (BBK) untuk menanamkan modalnya sehingga investasi di daerah ini terus mengalami pertumbuhan, seperti yang dialami Batam dengan angka pertumbuhan 9,82 persen selama semester satu 2011. Untuk meningkatkan pertumbuhanya perlu kesiapan infrastruktur, epektifitas birokrasi dan kepastian hukum.
KEK BBK masih dipandang menarik bagi investor asing untuk berinvestasi dibanding kawasan sejenis di negeri tetangga. Itu terbukti dengan realisasi investasi mencapai triliunan rupiah selama Januari sampai Juni 2011. Di awal tahun, investor dari Malaysia yakni Landmark Holding Sdn Bhd membangun kawasan wisata terpadu Treasure Bay di Lagoi Kabupaten Bintan dengan nilai investasi ditaksir 24 triliun rupiah. Proyek yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 26 Februari 2011 tersebut saat ini dalam tahap pembangunan.
Investor Malaysia yakni Guang Chong Bhd melalui perusahaan terafiliasinya PT Asia Cocoa Indonesia (ACI) juga berinvestasi di Batam mendirikan pabrik coklat. Pabrik yang pengoperasiannya sudah dimulai awal Juli 2011 tersebut menghabiskan dana lebih dari 17 juta dollar AS setara dengan 153 miliar rupiah dengan kurs 9.000 rupiah per dollar.
Operational Manager Asia Cocoa Indonesia, Yau Tee Wan menjelaskan, pabrik yang berlokasi di Kawasan Industri Tunas Batam Centre seluas 8 hektare itu memproduksi aneka produk coklat seperti cocoa powder (bubuk cokelat), cocoa cake (kue coklat) dengan kapasitas produksi 65.000 ton per tahun. Seluruh produksi nantinya akan di ekspor ke sejumlah Negara seperti Timur Tengah, Asia dan Eropa. Pengoperasian pabrik sebagian besar di kerjakan oleh tenaga kerja Indonesia berjumlah lebih 150 orang dan akan bertambah seiring pertambahan produksi.
Sementara itu, di Karimun sebanyak 45 perusahaan asing sudah mengurus ijin investasi dan saat ini menunggu pematangan lahan untuk pembangunan pabrik, delapan diantaranya merupakan perusahaan galangan kapal internasional.
Bupati Karimun Nurdin Basirun mengatakan, beberapa perusahaan asing yang sudah merealisasikan investasinya yakni PT Saipem Karimun Yard (SKY) dengan nilai investasi 50 juta dolar AS, PT Boskalis Internasional Indonesia dengan nilai investasi 500.000 dolar AS, PT Karimun Sembawang Shipyard senilai 61 juta dolar AS.
Kemudian ada dua perusahaan dari Eropa yang sudah menyatakan minat untuk berinvetasi di Karimun. Dua perusahaan itu bergerak di bidang bunker minyak serta galangan kapal berbahan baku beton. Nilai investasi awal yang akan ditanamkan dua perusahaan tersebut ditaksir 171,7 miliar rupiah..
”Perusahaan bunker minyak itu nantinya akan merekrut sedikitnya 20 perusahaan subkontraktor, sedangkan perusahaan galangan kapal akan merekrut ribuan orang pekerja sehingga dapat mengatasi pengangguran di Karimun,“ kata Nurdin.
Tingginya minat investor asing untuk menanamkan modalnya di KEK BBK memicu pertumbuhan nilai investasi selama semester satu di kawasan itu lebih tinggi dibanding tahun lalu. Di Batam saja angka pertumbuhannya mencapai 9,82 persen.
Kepala Biro Humas dan Promosi Badan Pengusahaan (BP) Batam, Rustam Hutapea mengatakan, selama Januari sampai Juni 2011 nilai investasi yang masuk ke Batam sebesar 81.960.000 dolar AS terdiri dari penanaman modal baru 43.455.000 dolar AS dan perluasan PMA 38.505.000 dolar AS. Angka itu mengalami peningkatan 9,82 persen dibanding periode sama 2010 yang 74.628.333 dolar AS. Negara asal investor itu adalah Singapura, Jepang, Malaysia, Taiwan, Austria, Australia, Korea Selatan, British Virgin Island, Mauritius, dan China yang bergerak di 20 bidang usaha seperti ekspor-impor, pembuatan kapal, dan industri elektronik.
Menurut Rustam, Batam masih menjadi pilihan investor asing untuk menanamkan modalnya karena lebih unggul dibanding kawasan sejenis di Negara lain. Keunggulan yang dimiliki Batam adalah berada di selat Malaka yang menjadi jalur perdagangan tersibuk di dunia, kemudian berstatus FTZ atau kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas yang memungkinkan investor untuk mengeluarkan biaya produksi lebih rendah karena aktivitas ekspor dan impor tidak dipungut pajak dan bea masuk, serta infrastruktur yang sudah siap. Meski memiliki keunggulan, BP Batam tetap melakukan promosi di berbagai Negara seperti promosi yang dilakukan beberapa waktu lalu di Belanda.
Strategi lainnya membuka kantor perwakilan BP Batam atau Otorita Batam di beberapa Negara seperti Singapura dan Jepang. Jepang sendiri merupakan pasar yang sangat penting karena saat ini Jepang menempati urutan kedua sebagai investor terbesar di Batam setelah Singapura. Dalam waktu dekat diperkirakan akan ada investor asal Jepang yang menanamkan modalnya menyusul kunjungan Pengusaha dari Pemerintah Osaka dan Kadin Jepang ke kawasan industri Batamindo dan Kabil, Rabu (13/7) untuk menjajaki rencana pembangunan pabrik di kawasan itu. Saat ini terdapat sekitar 20 perusahaan asal Jepang dengan nilai investasi pada 2008 saja sebesar 128.818 juta dollar AS.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan sewaktu berkunjung ke Batam beberapa waktu lalu mengatakan, KEK BBK memang dipersiapkan untuk menampung investasi asing ke Indonesia sehingga banyak fasilitas dan kemudahan yang diberikan pemerintah.
Oleh karena itu, kontribusi nilai investasi dari BBK terhadap nasional diharapkan lebih tinggi dibanding daerah lain untuk mencapai target 240 triliun rupiah pada tahun 2011 ini.
Gita optimistis target tersebut bisa dicapai, karena pada semester satu ini saja sudah diperoleh 120 triliun rupiah dan sisanya akan digenjot hingga akhir 2011. Untuk mencapai target tersebut, BKPM akan melakukan beberapa strategi seperti menyempurnakan kebijakan yang terkait investasi. Kemudian peningkatan pelayanan dan pemberian berbagai fasilitas fiskal bagi penanaman modal serta percepatan pembangunan infrastruktur
Menurutnya, Indonesia saat ini memang menjadi incaran investor asing untuk menanamkan modalnya, setidaknya itu terungkap dalam riset yang dilakukan Goldman Sachs yang memasukan Indonesia dalam kategori 'New World' dari sisi pertumbuhan pasar (growth market) dunia. Dengan adanya posisi baru tersebut maka Indonesia akan semakin dilirik oleh para pemilik modal dunia untuk berinvestasi. Sehingga dipastikan investasi yang masuk ke Indonesia semakin besar.
Sejumlah pengusaha di Kawasan KEK BBK menyambut baik strategi yang akan dilakukan BKPM untuk mengenjot investasi asing dengan menyempurnakan kebijakan, layanan dan pembangunan infrastruktur.
Ketua Dewan Pimpinan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bintan, Jasmin Hidayat mengatakan, persoalan regulasi atau kebijakan memang masih menjadi kendala dalam menarik investor asing di KEK BBK menyusul belum juga diterbitkannya revisi PP no 02 tahun 2009 tentang aturan maian KEK BBK.
Dari segi birokrasi atau pelayanan, pengusaha berharap adanya penyederhanaan proses pengurusan ijin investasi dari segi waktu dan biaya. Untuk itu, seluruh instansi pemerintah yang mengeluarkan ijin investasi mestinya bisa bekerjasama dalam arti yang sesunggunya, karena selama ini meskipun sudah ada pusat layanan satu atap namun pengurusannya masih lama karena tidak adanya kerjasama dari instansi tersebut.
“Selama ini masing masing instansi pemerintah yang mengeluarkan ijin investasi saling menonjolkan egonya sehingga proses pengurusan sering terhambat dan menjadi lama,” katanya.
Ketua Kadin Kepri, Johanes Kennedy mengatakan, mestinya secara umum KEK BBK lebih unggul disbanding kawasan sejenis di Negara lain, namun pelaksanaanya belum optimal khususnya di Bintan dan Karimun disebabkan belum tersedianya infrastruktur yang memadai seperti listrik, pelabuhan dan jalan.
Jika persoalan infrastruktur bisa segera diatasi, kata Kennedy maka arus investasi asing ke KEK BBK akan semakin besar. Selain itu, epektifitas pemerintah daerah khususnya Ketua Dewan Kawasan yang dirangkap oleh Gubernur Kepri juga masih dipertanyakan, karena sejak dilantik hingga saat ini belum melakukan terobosan untuk membuat kawasan BBK menjadi incaran bagi para investor asing. Oleh karena itu, sejumlah pengusaha berharap adanya pemisahan jabatan antara Ketua Dewan Kawasan yang dirangkap oleh Gubernur agar pelaksanaan FTZ BBK lebih efektif dan efisien. (gus).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar