BATAM - Perusahaan keramik, PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk memperkirakan produksinya pakal anjlok dan target pertumbuhan penjualan sebesar 20 persen tak tercapai pada tahun ini, bila pemerintah jadi mengurangi pasokan gas ke industri sebesar 20 persen mulai April ini.
Sekretaris Perusahaan Intikeramik Kurniadi mengatakan, pihaknya sudah mendapat informasi dari PT Perusahaan Gas Negara (PGN) yang akan mengurangi pasokan gas ke industri sekitar 20 persen pada tahun ini.
Bila rencana itu terealisasi, menurut dia produksi keramik nasional dan perusahaannya bakal anjlok karena industri keramik sangat membutuhkan pasokan gas dalam aktivitas produksinya, dan tidak ada alternatif bahan bakar lainnya. Oleh karena itu, Kurniadi berharap pemerintah mengaji ulang rencana pengurangan pasokan gas ke industri keramik tersebut.
Perseroan saat ini memproduksi 3 juta sampai 3,5 juta meter persegi keramik setiap tahunnya, atau sekitar setengah dari kapasitas mesin yang ada yakni 6,0 juta meter persegi.
Dengan demikian, bila pasokan gas dikurangi hingga 20 persen sesuai dengan rencana pemerintah, maka produksi akan berkurang signifikan sehingga akan banyak mesin produksinya yang menganggur.
Akibat lainnya juga perseroan juga tidak dapat memenuhi pesanan sejumlah pembeli dari dalam dan luar negeri yang saat ini tingkat konsumsinya sedang tumbuh.
Inti Keramik sendiri pada tahun lalu telah mendapat kontrak pembelian keramik dari Korea Selatan yang masih di order hingga tahun ini. Perseroan mendapat kontrak pengadaan ubin porselin (produk Essenza) senilai satu juta dollar AS atau 10 miliar rupiah dengan kurs 10.000 rupiah per dollar AS. Kontrak itu diperoleh dari perusahaan multi bisnis yakni POSCO untuk pengerjaan pusat perbelanjaan atau mall di ibu kota negara itu.
untuk tahun 2010 ini, perseroan juga sudah mendapat kontrak dari beberapa pembeli domestik dan luar negeri, namun Kurniadi masih enggan menyebut nilai kontrak yang telah diperoleh.
Target Meleset
Menurut Kurniadi, jika pemerintah benar benar akan mengurangi pasokan gas yang dapat menyebabkan produksi anjlok maka target penjualan tahun ini dipastikan bakal meleset. Perseroan sebelumnya menargetkan pertumbuhan penjualan 20 persen pada tahun 2010 ini, atau sekitar 300 miliar rupiah dibanding perkiraan realisasi tahun 2009 yang 250 miliar rupiah. Itu dipengaruhi naiknya permintaan ekspor seiring langkah perusahaan yang telah melakukan diversifikasi pasar ke Asia dan Timur Tengah.
Kurniadi mengatakan, pihaknya membutuhkan pasokan gas dalam jumlah besar setiap bulannya, sayangnya dia tidak dapat menyebut secara rinci jumlahnya. Namun, biaya untuk membeli gas tersebut sekitar 10-15 persen dari ongkos produksi keseluruhan.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Achmad Widjaya mengatakan, rencana PT Perusahaan Gas Negara (Persero) yang akan memangkas pasokan gas ke industri pengguna sebesar 20 persern mulai April akan menurunkan target pertumbuhan industri yang sudah di patok pemerintah sebesar 4,65 persen.
Pasalnya, kata dia selama ini kontribusi industri pengguna gas terhadap pertumbuhan industri cukup signifikan karena di dalamnya terdapat sejumlah industri strategis seperti besi dan baja, kimia hilir, petrokimia, keramik, sarung tangan karet, hingga tekstil dan produk tekstil (TPT).
“Jika konsumsi gas dipangkas, produktivitas industri akan merosot. Kalau merosot, tidak akan ada pertumbuhan tapi penurunan karena banyak lini produksi yang tak bisa beroperasi,” kata dia.
Achmad mengingatkan pemerintah jika masalah tersebut tidak kunjung dibereskan, maka pertumbuhan industri tahun ini tidak bisa diharapkan lebih dari 3,0 persen seperti yang terjadi pada 2009. Pada 2009, industri cuma mampu tumbuh di level 2,51 persen atau turun dibandingkan dengan pencapaian 2008 yang 4,05 persen. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar