BATAM – Sejumlah kelompok masyarakat meragukan kemampuan Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri, H M Sani dan Soerya Respatriono memajukan daerah itu disebabkan antara lain minimnya dukungan di parlemen Kepri, kurangnya pengalaman dan kemampuan lobi.
Pembantu Rektor III Perguruan Tinggi Ibnu Sina Batam Mustaqim mengatakan, kemampuan Sani-Soerya dipertanyakan untuk memajukan perekonomian Provinsi Kepri karena tidak memiliki pengalaman dan minimnya kemampuan lobi.
“Kemampuan Sani-Soerya dipertanyakan untuk memajukan Kepri,” katanya, Kamis usai pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri, Kamis (19/8).
Disamping itu, latar belakang Sani-Soerya sebagai birokrat murni juga dikuatirkan akan mengeluarkan kebijakan ekonomi yang bertentangan dengan dunia usaha. Oleh karena itu, masyarakat Kepri tidak bisa terlalu banyak berharap pada Sani-Soerya untuk memajukan daerah itu.
Padahal, kata Mustaqim Provinsi Kepri saat ini menghadapi banyak persoalan ekonomi, diantaranya tingginya angka kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri mencatat angka pengangguran di Kepri tiap tahun terus bertambah. Pada kuartal pertama 2010 saja angka pengangguran di Kepri mencapai 129.670 orang dan saat ini diperkirakan sudah mencapai 268.823 orang. Angka pada kuartal satu tersebut mengalami pertumbuhan 8,05 persen dibanding periode sama tahun lalu yang 128.210 orang.
Sementara itu angka pengangguran juga terus mengalami pertumbuhan, pada kuartal pertama saja angka pengangguran di Kepri tercatat 53.333 orang atau sekitar 8,01 persen dari jumlah penduduk Kepri. Para penganggur tersebut sebagian besar atau 84 persen berada di perkotaan, sedangkan 16 persen berada di pedesaan.
Persoalan ekonom lainnya adalah minimnya infrastruktur di hampir seluruh pulau di Kepri seperti pelabuhan, transportasi jalan dan lainnya.
Direktur Perguruan Tinggi Politeknik Batam Priyono Eko Sanyoto kepada Koran Jakarta mengatakan, Sani-Soerya dinilai kurang memiliki kemampuan lobi untuk menjaring investor asing jika dibanding mantan Gubernur Kepri Ismeth Abdullah.
Padahal, kata dia, Kepri diharapkan pemerintah pusat menjadi daerah pertumbuhan baru yang bisa mendatangkan banyak investor asing sehingga bisa menciptakan banyak lapangan kerja baru bagi masyarakat Indonesia .
Oleh karena itu, fasilitas status perdagangan dan pelabuhan bebas di tiga wilayah Kepri yakni Batam, Bintan dan Karimun dikuatirkan akan sia sia karena pemimpin baru Kepri dikuatirkan tidak mampu memanfaatkan fasilitas tersebut untuk meningkatkan investasi.
Suburkan Korupsi
Mustaqim menguatirkan kepemimpinan Sani-Soerya akan menyuburkan korupsi di Provinsi Kepri karena Sani yang pernah menjabat Wakil Bupati Kabupaten Karimun diduga pernah terlibat dalam beberapa kasus korupsi.
Ketua BM Kosgoro 1957 Provinsi Kepri, Dida Priautama pernah mengatakan, telah meminta KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) untuk turun ke Karimun guna menyelidiki keterlibatan Sani dalam kasus korupsi APBD Karimun tahun 2002 dan 2003.
Keterlibatan Sani dalam kasus korupsi tersebut telah dibuat dalam satu buku oleh lembaga swadaya masyarakat di Karimun. Dalam buku itu disebutkan beberapa kasus korupsi yang melibatkan Sani antara lain pelaksanaan proyek jalan poros senilai 13,782 miliar rupiah (TA 2002), proyek jalan poros senilai 5,414 miliar rupiah (TA 2003) yang dilaksanakan dengan sistem penunjukan langsung dan dianggap tidak sesuai Keppres Nomor 18 Tahun 2000.
Kemudian, proyek pemasangan jaringan listrik dari PLTD Bukit Carok ke RSUD Karimun senilai 996.078.000 rupiah, proyek pemasangan jaringan listrik jalan poros senilai 998.251.000 rupiah, proyek pemasangan lampu jalan senilai 998.010.000 rupiah, serta proyek pemasangan lampu jalan poros senilai 997.514.000 rupiah. Proyek proyek tersebut diduga telah di mark up sehingga merugikan negara miliaran rupiah.
Pelatinkan Gubernur
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi pada Kamis (19/8) telah melantik Sani-Soerya sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri periode 2010-2015. Pasangan tersebut memperoleh suara terbanyak dalam Pilkada Kepri dengan perolehan suara 231.951 suara (37,3 %), lebih tinggi dari dua kandidat lainnya yakni Nyat Kadir-Zulbahri (NKRI) 195.847 suara (31,49 %), dan Aida Ismeth-Eddy Wijaya meraih 194.049 suara (31,21 %).
Sani-Soerya sendiri merupakan pasangan yang didukung oleh beberapa partai gurem antara lain partai Hanura, PDIP dan PIB yang memiliki kursi di DPRD Kepri kurang dari 30 persen. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar