BATAM – Penyaluran kredit perbankan di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada kuartal satu ini tumbuh 16,7 persen menjadi 13 triliun rupiah dibanding periode sama tahun lalu. Itu menunjukan bergeraknya sektor rill sehingga pertumbuhan ekonomi terus meningkat, angka pertumbuhan ekonomi di kuartal satu sebesar 9,3 persen dan kuartal dua diproyeksikan 9,4 persen.
Kepala Bank Indonesia Batam, Elang Tri Pratomo mengatakan, kinerja industri perbankan di Provinsi Kepri pada kuartal satu ini ekspansif, dengan total asset perbankan mencapai 25,5 triliun rupiah naik 19,4 persen disbanding periode sama tahun lalu. Sementar itu, dana masyarakat yang dihimpun sebesar 18,5 triliun rupiah naik 6,5 persen dibanding periode sama 2009. Total kredit perbankan yang telah disalurkan mencapai 13 triliun rupiah naik 16,7 persen dibanding periode sama tahun lalu.
“Peningkatan jumlah kredit di Kepri menandakan bergeraknya sektor rill sehingga pertumbuhan ekonomi terus meningkat, pada kuartal satu 9,3 persen dan kuartal dua 2010 kami proyeksikan naik menjadi 9,4 persen,” katanya, Rabu (28/4).
Penyaluran kredit paling tinggi, kata dia terjadi pada sektor industri ringan dan berat sebesar 25 persen dari total kredit yang disalurkan, kemudian kredit konsumsi sebesar 24 persen, kredit konstruksi dan property 10,7 persen serta kredit perdagangan 5,2 persen.
“Lonjakan kredit yang paling tinggi terjadi pada kredit untuk modal kerja dari 16,3 persen pada akhir 2009 menjadid 21,4 persen pada kuartal satu ini,” katanya.
Meskipun penyaluran kredit cukup tinggi di Kepri, namun risiko gagal bayarnya relatif
kecil, itu bisa dilihat dari rasio NPLs (gross) yang hanya 3,06 persen dengan Loan to deposit 70,1 persen.
Ketua Apindo Batam, Oka Simatupang mengatakan, penyaluran kredit di Kepri bisa lebih tinggi bila perbankan mau memberikan jumlah kredit yang besar, saat ini yang baru bisa disetujui perbankan di Kepri hanya kredit kecil kurang dari lima miliar rupiah, sedangkan untuk pengajuan kredit lebih dari lima miliar rupiah harus melalui kantor bank wilayah yang lokasinya bukan di Kepri.
Waspada Inflasi
Menurut Elang, meskipun industri perbankan terus menerus mendorong pertumbuhan kredit untuk meningkatkanpertumbuhan ekonomi, namun pada kuartal dua ini perlu diwaspadai peningkatan angka inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga komoditas seperti minyak bumi, emas dan batu bara.
Riset ekonomi yang dilakukan Bank Indonesia Batam bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, laju inflasi Kepri pada kuartal satu 2010 (Januari-Maret) 1,72 persen dan laju inflasi year on year (tahunan) 2,97 persen.
Peneliti Bank Indonesia Batam Oikos Mando Panjaitan mengatakan selain dipicu oleh peningkatan harga komoditas, perkiraan naiknya laju inflasi pada kuartal dua juga dipengaruhi oleh kenaikan tarif listrik dan Air pada Mei ini.
Oleh sebab itu, BI Batam menyarankan pada pemerintah untuk tidak memberlakukan peningkatan tarif air dan listrik secara bersamaan, karena akan menimbulkan stress pasar sehingga harga bakal melonjak.
Terkait dengan kerusuhan yang terjadi di perusahaan Galangan Kapal milik investor asal Dubai PT Drydock World Graha menurut dia akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kepri bila perusahaan itu tidak segera melakukan aktivitas operasionalnya.
Pasalnya, nilai ekspor Kepri hampir 50 persen di sumbang dari penjualan kapal dari perusahaan galangan kapal yang ada di Batam. Sementara itu, PT Drydock sendiri diketahui mendapat pesanan lima kapal pada tahun ini dengan harga satu kapal sekitar 200 juta dollar AS atau 2 triliun rupiah dengan kurs 10.000 rupiah per dollar.
Dari lima kapal tersebut, yang sudah dikerjakan sebanyak dua kapal dan kapal ke tiga rencananya akan dikirim pada Mei ini, namun dengan berhentinya aktivitas produksi diperkirakan pengiriman kapal ke tiga tersebut akan mundur jadwalnya.
Jika sampai bulan Juni kapal belum dikirim, maka nilai ekspor dari Kepri akan menurun sehingga pertumbuhan ekonomi bisa terganggu. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar