JAKARTA - Perusahaan ritel berformat minimarket PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) diketahui akan merealisasikan rencana ekspansi pembukaan gerainya di Ibu Kota Negara Vietnam, Hanoi dan Ho Chi Minh City pada kuartal empat 2010, setelah kajian bisnis yang sedang dilakukan saat ini rampung sekitar April ini.
Wakil Direktur Utama yang juga Sekretaris Perusahaan Alfamart Henryanto Komala kepada Koran Jakarta mengatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan kajian untuk melakukan ekspansi usaha membuka gerai Alfamart di Hanoi dan Ho Chi Minh City. Kajian tersebut diperkirakan rampung dalam dua bulan atau sekitar April ini.
“ Gerai yang akan kami buka di Vietnam bekerjasama dengan perusahaan lokal, jika tidak ada hambatan berarti akan dibuka akhir tahun 2010,” katanya, Selasa (2/2).
Setelah kajian selesai, kata dia pihaknya akan mengirim beberapa karyawan untuk melakukan negosiasi dengan beberapa supplier atau pemasok barang di Vietnam yang akan menjadi pemasok barang ke gerai Alfamart di negara tersebut. Karyawan itu, nantinya akan menyeleksi supplier serta produk produk yang akan dipasarkan, tentunya berdasarkan selera dan tren yang sedang tumbuh di negara itu.
Bila proses tersebut selesai, maka gerai Alfamart akan dibuka sekitar akhir tahun 2010. Pembukaan gerai itu sendiri nantinya akan bekerjasama dengan perusahaan ritel lokal di negara Vietnam , dan sampai saat ini perseroan masih mengaji beberapa perusahaan lokal yang akan diajak untuk bekerjasama.
Sebagai tahap awal, kata Henryanto perseroan akan mengakuisisi beberapa asset untuk dijadikan gudang, selanjutnya akan dilakukan pelatihan atau training karyawan untuk dipekerjakan di supermarket tersebut.
Terkait dengan konsep gerai di Vietnam nantinya akan berbeda dengan konsep gerai yang ada di Indonesia, dari segi kapasitas diperkirakan lebih kecil sedangkan dari segi dekorasi akan disesuaikan dengan dekorasi pusat perbelanjaan yang ada di Vietnam.
Untuk merealisasikan rencana tersebut, perseroan diperkirakan menyiapkan dana khusus diluar dari belanja modal yang telah dianggarkan pada tahun ini sejumlah 600 miliar rupiah. Dananya akan diambil dari kas internal dan pendanaan eksternal.
“Kami sedang menghitung nilai investasinya, bila relatif kecil akan menggunakan Capex tahun ini namun bila dana yang dibutuhkan cukup besar akan menggunakan dana di luar dari Capex yang sudah dianggarkan,” kata Henryanto.
Potensi Pasar
Dipilihnya Vietnam sebagai ekspansi pertama ke luar negeri, menurut Henryanto disebabkan potensi pasar di Vietnam sangat besar namun pertumbuhan bisnis supermarket di negara itu belum begitu maju bila dibanding dengan negara lain seperti Indonesia , Singapura atau Malaysia .
Kondisi tersebut dianggap sebagai satu peluang bisnis yang cukup menguntungkan untuk membuka gerai di Vietnam , sebelum di dahului perusahaan ritel dari negara lain.
Besarnya potensi pasar di Vietnam juga terlihat dari jumlah penduduk usia muda yang cukup tinggi, stabilitas ekonomi serta pertumbuhan ekonomi yang bertumbuh signifikan dimana pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Vietnam sekitar 5,32 persen dan tahun 2010 di proyeksikan 6,0 persen. Selain itu juga di dukung oleh stabilitas politik yang terjaga.
Menurut Henryanto, dengan dibukanya gerai di Vietnam diharapkan bisa meningkatkan asset dan kinerja penjualan perusahaan. Namun seberapa besar kontribusinya nanti belum bisa disebutkan. Setelah ekspansi ke Vietnam , kata dia perseroan juga akan mengaji untuk membuka gerai yang sama di Singapura, Malaysia dan Thailand .
Terkait dengan kinerja tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 25 persen dibanding perkiraan realisasi 2009 yang 10,5 triliun rupiah.
Kepala Riset Asia Financial Network (AFN) Rowena Suryobroto mengatakan, bisnis ritel di dalam negeri pada tahun ini akan tumbuh lebih baik dibanding 2009 ditunjang oleh meningkatnya pendapatan masyarakat.
“Semua hal yang menopang pendapatan masyarakat pada tahun ini sudah lebih baik dibanding 2009,” katanya. Selain itu, adanya proyeksi pertumbuhan ekonomi yang 5,5 persen serta naiknya produksi sejumlah komoditas juga akan memicu maraknya industri ritel.
Oleh sebab itu, menurut Rowena, Alfamart mestinya lebih agresif melakukan penetrasi di pasar domestik karena sampai saat ini keberadaan Alfamart masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, padahal potensi pasar di Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi cukup besar.
Meski demikian, untuk jangka panjang langkah ekspansi ke luar negeri tersebut cukup positif untuk mengetahui lebih awal kondisi pasar yang ada. Namun, jika rencana ekspansi ke luar negeri tetap dilakukan, beberapa hal yang harus diperhatikan managemen Alfamart adalah faktor risiko bisnis karena kondisi investasi, kondisi pasar dan selera konsumen di Vietnam berbeda dengan Indonesia . Oleh karena itu, dibutuhkan kajian yang mendalam sebelum rencana itu direalisasikan. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar