Jumat, 23 Juli 2010

Teror HIV

Virus HIV yang menyebabkan penyakit Aids masih menjadi teror yang sangat menakutkan bagi sebagian warga Indonesia, hingga tahun 2009 saja terdapat 23.632 kasus HIV/Aids dengan angka kematian 3.492 orang. Tingginya angka kematian penderita Aids salah satunya disebabkan minimnya informasi tentang Aids dan ketidakpedulian kelompok masyarakat yang berisiko tentang penyakit tersebut.




Aids ( Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan penyakit yang cara kerjanya menghancurkan sistem kekebalan tubuh manusia, disebabkan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang masuk ke dalam tubuh manusia.

HIV dengan cepat akan melumpuhkan sistem kekebalan manusia, setelah itu seseorang penderita AIDS biasanya akan meninggal karena suatu penyakit (disebut penyakit sekunder) yang biasanya akan dapat dibasmi oleh tubuh seandainya sistem kekebalan itu masih baik.

Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS. Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh.

Kasus AIDS pertama kali ditemukan di Amerika Serikat, pada 1981, tetapi kasus tersebut hanya sedikit memberi informasi tentang sumber penyakit ini. Sekarang ada bukti jelas bahwa AIDS disebabkan oleh virus yang dikenal dengan HIV.

Di Indonesia, kasus AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1987. Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali . Kematian lelaki asing itu disebabkan AIDS.

Hingga akhir tahun 1987, ada enam orang yang didiagnosis HIV positif, dua di antara mereka mengidap AIDS. Sejak 1987 hingga Desember 2001, dari 671 pengidap AIDS, sebanyak 280 orang meninggal. HIV begitu cepat menyebar ke seluruh dunia. Ibarat fenomena gunung es di lautan, penderita HIV atau AIDS hanya terlihat sedikit di permukaan.

Virus HIV atau AIDS ditularkan melalui transfusi darah dari pengidap HIV, berhubungan seks dengan pengidap HIV, ibu hamil pengidap HIV kepada janinnya, alat suntik atau jarum suntik/alat tatoo/tindik yang dipakai bersama dengan penderita HIV atau AIDS serta air susu ibu pengidap AIDS kepada anak susuannya.

Virus HIV bisa dicegah dengan membiasakan hidup sehat, yaitu mengkonsumsi makanan sehat, berolah raga, dan melakukan pergaulan yang sehat. Itu saja tidak cukup, masyarakat juga harus menghindari beberapa tindakan antara lain, Hindarkan hubungan seksual diluar nikah dan usahakan hanya berhubungan dengan satu pasangan seksual, Pergunakan selalu kondom, terutama bagi kelompok perilaku resiko tinggi.

Bagi seorang ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata positif HIV sebaiknya jangan hamil, karena bisa memindahkan virusnya kepada janin yang dikandungnya.

Orang-orang yang tergolong pada kelompok perilaku resiko tinggi hendaknya tidak menjadi donor darah.

Penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti; akupunktur, jarum tatto, jarum tindik, hendaknya hanya sekali pakai dan harus terjamin sterilitasnya. Jauhi narkoba, karena sudah terbukti bahwa penyebaran HIV atau AIDS di kalangan panasun (pengguna narkoba suntik) 3-5 kali lebih cepat dibanding perilaku risiko lainnya.

Banyak penderita HIV/Aids yang mengalami proses kematian dengan cepat karena kurangnya kepedulian dari keluarga dan lingkungannya, sehingga si penderita merasa terkucil dan mengucilkan diri, seolah tidak ada lagi harapan hidup. Padahal penderita Virus HIV masih produktif dan bisa melakukan berbagai aktivitas, oleh karena itu masyarakat harus merubah paradigma yang memandang penderita Aids sebagai sumber penyakit yang harus di jauhi dengan lebih memberi perhatian dan kesempatan kepada penderita HIV/Aids untuk mengembangkan dirinya dan menjalani sisa hidupnya dengan kegiatan yang positif. (gus).

Penomena Gay di Batam

Geliat ekonomi kota Batam turut menyuburkan pertumbuhan komunitas Gay yang hingga kini jumlahnya ditaksir 7.000 orang, sayangnya prilaku seks bebas tanpa pengaman yang sering dilakukan komunitas ini ternyata juga ikut menyuburkan pembiakan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Akibatnya, angka kematian akibat virus HIV dari komunitas ini terus tumbuh, tahun lalu saja ditemukan 72 kasus Aids, yang meninggal mencapai 40 orang, ironisnya korban tewas tersebut masih berada di usia produktif antara 30 sampai 40 tahun.



Era tahun 1980-an hingga 2005, perkembangan kelompok gay atau pencinta sejenis sesama laki laki cukup pesat. Pada saat itu, komunitas gay di Batam kerap berkumpul hampir tiap malam di pelataran Studio 21 Baloi yang saat ini sudah tutup dan pindah ke pusat perbelanjaan.

Kelompok gay tersebut tidak hanya berasal dari Batam atau warga Indonesia tapi juga banyak berasal dari Singapura dan Malaysia bahkan pekerja asing dari Eropa dan Amerika Serikat juga ikut berkumpul di tempat tersebut. Tujuan mereka hanya satu untuk mencari pasangan dan melakukan hubungan seks.

Saat ini, komunitas Gay di Batam sudah terpencar seiring dengan pertumbuhan kota, sehingga tidak hanya terpusat di sekitar Nagoya dan Jodoh serta Baloi tapi juga sudah berkembang hingga ke daerah Batu Aji, Tiban, Sekupang, Batam Centre dan Bengkong.

Project Director Yayasan Gaya Batam, Meilandi Panca Wardhana SH menjelaskan, sebagai organisasi yang menaungi komunitas gay di Batam pihaknya merasa prihatin dengan pola dan gaya hidup kelompok gay Batam saat ini. Pasalnya, mereka sering tidak mengindahkan cara berhubungan seks yang sehat sehingga kasus HIV/Aids yang menimpa kelompok tersebut setiap tahun terus meningkat.

Ironisnya, Gay Batam saat ini tidak hanya melakukan hubungan seks dengan sesama Gay, tapi mereka juga banyak yang melakukan hubungan seks dengan Pekerja Seks Komersial laki laki atau yang sering disebut “Kucing”. Kondisi itu menyebabkan penularan virus HIV di kalangan gay tumbuh pesat karena seringnya berganti pasangan pada saat melakukan hubungan seks, terlebih banyak gay yang melakukan hubungan tersebut tanpa pengaman atau kondom.

Menurut Panca, jumlah gay termasuk waria di Batam yang terdata saat ini sekitar 1.600 orang. Angka itu diperkirakaan membengkak hingga lebih dari 7.000 orang karena banyak yang tidak mau melakukan kontak dengan sesama gay atau sembunyi sembunyi disebabkan berbagai factor.

Dari angka itu, jumlah kasus Aids/HIV yang menimpa kelompok gay mencapai 72 kasus tahun lalu dan yang meninggal mencapai 40 orang.

Menurut Panca, korban akibat HIV/Aids sebenarnya bisa ditekan jika masyarakat atau kelompok yang rentan terhadap penyakit itu mau membuka diri dan mau menerima informasi tentang penyakit tersebut, masyarakat juga harus mulai sadar untuk bisa menerima penderita Aids dan jangan di kucilkan seperti yang banyak terjadi selama ini.

Oleh karena itu, Yayasan Gaya Batam terus melakukan advokasi atau pendampingan terhadap penderita Aids/HIV dengan memberi bantuan pengobatan. Selain itu, bagi kelompok yang rentan khususnya gay juga selalu dilakukan diskusi dan konsultasi tentang pentingnya menjaga kesehatan agar terhindar dari virus HIV.

Tak jarang, kata Panca pihaknya turun kelapangan seperti ke salon salon, ke lokalisasi waria, tempat perkumpulan gay untuk memberi penjelasan tentang Aids/HIV serta membagikan kondom secara gratis.

Itu dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus HIV dari kelompok gay dan waria yang ada di Batam. Yayasan juga kata Panca merekrut volunteer yang bekerja secara sukarela untuk memberi sosialisasi.

Butet salah seorang volunteer atau pekerja social di Yayasan Gaya Batam mengatakan, dia sudah lama menjadi pekerja social yang memberi sosialisasi tentang penyakit Aids/HIV kepada kelompok waria di Batam.

Butet menceritakan, tidak mudah merubah perilaku seseorang yang berisiko menjadi tidak berisiko karena berbagai alasan. Ada kalanya, informasi yang disampaikan di tanggapi oleh mereka tetapai banyak juga yang tidak menghiraukan penjelasan yang diberikan.

“Memang untuk merubah sesuatu itu bukan semudah ibarat membalikan telapan tangan, tapi saya tak putus asa untuk menyampaikan informasi HIV/Aids di komunitas waria karena itu sudah menjadi risiko yang harus saya hadapi,” kata dia.

Butet menuturkan, dia memberi sosialisasi kepada kaum waria dari pintu ke pintu, dan banyak suka duka yang dialaminya.

“Kadangkala, pintu yang saya tuju masih tertutup, saya pun langsung mengetok pintu tersebut, setelah dibuka ada kalanya saya diterima dengan senang dan ada yang tidak menerima kedatangan saya,” katanya.

Dikatakan, masyarakat khususnya kaum waria sudah banyak yang tau tentang Virus HIV atau Aids, ironisnya banyak diantara mereka yang tidak peduli tentang hal itu. Kondisi tersebut sangat disayangkan karena banyak waria yang meninggal disebabkan virus HIV.

Kondisi itulah yang menyebabkan Butet tidak pernah berhenti memberi sosialisasi tentang Aids kepada kaum waria, karena dia merasa menjadi bagian dari kelompok itu yang punya tanggung jawab untuk memberi kesadaran kepada rekan rekannya.

Meski demikian, Butet menyalahkan anggapan sebagian masyarakat yang menyebut bahwa Waria merupakan biang yang membawa virus Aids, karena tidak seluruh waria yang hampir setiap malam menjajakan seks melakukan hubungan seks tanpa pengaman.

Butet selalu memberi pemahaman kepada rekan rekannya untuk melakukan hubungan seks dengan menggunakan kondom karena itu menjadi benteng dan pelindung agar terhindar dari virus HIV yang sangat mematikan. (gus).


Aids dan Fenomena Gunung Es

Aids/HIV diibaratkan sebagai fenomena gunung es, karena kenyataan yang ditemui di lapangan hanya menunjukkan sebagian kecil, namun realitas yang lebih utuh jumlahnya bisa lebih banyak.



Riki (34) sudah tiga tahun mengetahui dirinya terinfeksi virus HIV, awalnya dia sangat shock hingga tidak mau menemui orang lain selain keluarganya. Masyarakat di sekitar lingkungannya juga enggan menemui Riki karena takut tertular virus mematikan tersebut.

Kondisi yang terjadi pada Riki juga banyak dialami penderita HIV lainnya di Indonesia , mereka menjadi pendiam, menyendiri dan sulit menerima kedatangan orang lain. Masyarakatpun juga seolah membuat jarak dan enggan berdekatan dengan penderita HIV/Aids karena takut tertular. Padahal, penderita HIV butuh dorongan dan dukungan untuk meneruskan sisa hidupnya.

Kondisi itulah yang membuat Aids seperti fenomena gunung es, karena data di lapangan tidak sama dengan kenyataannya. Banyaknya masyarakat yang berisiko tinggi tertular HIV yang tidak pernah memeriksakan dirinya, menjadi fenomena yang memungkinkan penderita HIV/Aids lebih besar dari data yang ada sesungguhnya.

Kepala Kesekretariatan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Batam, Pieter P Pureklolong mengatakan, sejak Januari sampai Juni tahun 2010 ini sudah ada lebih dari delapan orang penderita Aids di Batam yang meninggal dunia. Jumlah itu akan bertambah, seiring banyaknya penderita HIV yang sudah positif Aids.

“Bertambahnya pengidap baru HIV di satu sisi patut disesali,tapi di sisi lain menunjukkan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ke klinik semakin meningkat,” kata dia. Pasalnya, selama ini masih banyak masyarakat yang punya risiko tinggi terhadap Aids yang enggan memeriksakan dirinya ke Dokter.

Para pengidap HIV baru yang ditemukan sebenarnya sudah lama mengidap Virus HIV. Hanya, baru akhir-akhir ini mereka mau memeriksakan diri sehingga diketahui kalau menderita HIV.

“Masih banyak masyarakat yang termasuk resiko tinggi terkena HIV belum mau memeriksakan diri,sehingga mereka tidak mendapatkan penanganan jika ternyata memang terjangkit penyakit mematikan itu,”kata dia.

Dikatakan, dengan ditemukannya penderita HIV/Aids baru bisa dilakukan upaya untuk menekan kasus sekaligus upaya pengobatan bagi penderitanya,

Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperkecil penyebaran virus HIV dengan sosialisasi ke generasi muda seperti yang dilakukan KPA Batam baru baru ini yang melakukan sosialisasi ke SMA/SMK bersamaan dengan dilakukannya masa orientasi sekolah (MOS).

"Penyuluhan ini penting diberikan kepada adik-adik sekolah pada kesempatan MOS, agar mereka memiliki pengetahuan yang tepat dan benar tentang HIV/AIDS sehingga sejak dini mereka berperan serta mengambil tanggungjawab untuk menekan penyebaran virus HIV,” katanya.

Menurut Pieter, pencegahan virus Aids memang harus melibatkan masyarakat karena hal itu sangat terkait dengan pola dan gaya hidup warga sehari hari., untuk itu pengenalan sejak dini terhadapa generasi muda perlu dilakukan untuk membentengi mereka dari kemungkinan tertularnya virus HIV. (gus).

Virus HIV Menghantui Warga Batam






Penderita Aids/HIV di Kota Batam terus meningkat, pada kuartal pertama tahun ini saja tercatat 109 orang naik hingga lebih 100 persen dibanding 2009 yang hanya 50 orang dan total penderita HIV/Aids hingga saat ini ditaksir 1.448 orang atau 0,14 persen dari total warga Batam yang mencapai 1.024.044 orang. Jumlah itu akan terus meningkat seiring meningkatnya kelompok masyarakat yang rentan menerima virus HIV, seperti Pekerja Seks Komersial, penyuka sesama jenis dan pencandu narkoba.

Hiruk pikuk kota Batam sebagai daerah industri yang memperkerjakan ribuan tenaga kerja tidak hanya dari Indonesia tapi juga dari mancanegara telah membentuk gaya hidup tersendiri bagi warganya, terlebih kedekatannya dengan Singapura membawa kehidupan warga kota menjadi kian dinamis.

Dinamisasi kehidupan warga Kota Batam tak seluruhnya mengarah pada hal yang positif, justru yang negatif kian tumbuh seperti seks bebas, narkoba dan pencinta sesama jenis.

Seks atau prostitusi menjadi bisnis yang sangat menguntungkan di Batam dan bagi pekerjanya tidak perlu takut di tangkap aparat saat menjajakan cintanya, karena ada dukungan dari pemerintah daerah meski tidak dilakukan secara terbuka.

Salah satu lokasi prostitusi yang cukup terkenal di batam adalah Teluk Pandan atau Sintai. Tempat itu seyogyanya menjadi panti rehabilitasi bagi pekerja seks komersial, tapi faktanya justru menjadi show room bagi pekerja seks komersial yang dilakukan secara bebas dan terbuka. Ada sekitar 40 Bar yang memperkerjakan lebih dari 1.200 wanita yang merangkap sebagai penjaja cinta di lokasi tersebut.

Sehingga wajar jika tiap malam lokalisasi itu selalu ramai dengan laki laki yang ingin mencari kehangatan dan kenikmatan sesaat.

Tidak hanya di Sintai, di pojok kota Batam lainnya prostitusi juga marak, sebut saja di seputaran Nagoya dan Jodoh. Di daerah itu, banyak terdapat bar dan diskotik yang juga menawarkan banyak pekerja seks komersial.

Sehingga Batam menjadi surga bagi orang orang yang ingin meraih uang banyak dalam waktu singkat, dan kota itu juga sekaligus menjadi tempat bagi orang orang yang ingin membuang duit banyak dalam waktu singkat.

Maraknya bisnis prostitusi di Batam menyebabkan kota itu menjadi sangat rentan terhadap penyebaran virus HIV, sehingga wajar bila angka penderita HIV setiap tahun mengalami peningkatan.

Selama Januari sampai Maret 2010 ini saja terdapat sekitar 109 orang terinveksi virus HIV, angka itu naik lebih 100 persen dibanding 2009 yang hanya 50 orang. Tingginya penderita HIV itu penyebab utamanya adalah seks bebas yang dipicu oleh maraknya bisnis prostitusi.

Koordinator Konsulat Klinik konseling dan testing HIV/AIDS Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK) Francisca Tanzil mengatakan seks bebas menjadi penyebab utama penyebaran virus HIV di Batam yakni mencapai 70 persen sedangkan pengguna narkoba atau jarum suntik 11 persen dan gay atau berhubungan sesama jenis sekitar 10 persen.

“71 persen kasus HIV-AIDS di Batam terjadi melalui hubungan seks, 11 persen akibat penggunaan jarum suntik bekas (Narkoba) dan 10 persen akibat homoseks (gay, waria) dan 7 persen menular dari ibu ke anak,” kataya.

Untuk mencegah penularan virus HIV dibutuhkan peran yang cukup kuat dari Pemerintah Daerah, karena sebagai daerah perbatasan dengan negara lain, mobilitas penduduk Batam sangat tinggi. Oleh karenanya, potensi penyebaran virus HIV dari warga negara lain yang masuk ke Batam melalui hubungan seks juga cukup tinggi.

Pemerintah Kota Batam, kata Francisca harus terus menerus melakukan sosialisasi tentang HIV/Aids dan pentingnya melakukan hubungan seks secara sehat. Sosialisasi tidak hanya dilakukan bagi kelompok masyarakat berisiko atau rentan terhadap virus HIV tetapi juga perlu dilakukan bagi masyarakat awam seperti kelompok usia muda dan ibu ibu untuk mencegah penularannya. Oleh sebab itu dibutuhkan anggaran yang cukup besar dari Pemerintah.

Pemko Batam sendiri menyediakan anggaran untuk program kesehatan 13,2 miliar rupiah pada 2009 dan tahun 2010 ini diprediksi lebih tinggi dari angka tersebut, sayangnya untuk sosialisasi Aids dana yang disediakan relatif sedikit.

Padahal dalam program kesehatannya, Pemerintah Kota Batam menempatkan Aids/HIV sebagai penyakit yang perlu mendapat penanganan serius, sebab perkembangan penyakit tersebut sejak 1992 hingga saat ini meningkat tajam. Hal itu menjadikan Kota Batam dari status tingkat low prevalence epidemic menjadi concentrated level of epidemic bahkan Generalise level of epidemic, yang artinya meningkatkan pemantauan tidak hanya pada orang-orang yang berisiko, akan tetapi lebih luas pada masyarakat umum.

Di Kota Batam pertama kali kasus HIV ditemukan pada tahun 1992, peningkatan terjadi setiap tahunnya, pada tahun 2008 ditemukan 231 kasus HIV dengan kumulatif sejak tahun 1992-2008 sebanyak 1.066 kasus dan hingga tahun 2009 telah tercatat 1339 kasus dengan incident rate tahun 2009 meningkat dibanding tahun 2008 tercatat 273 kasus.

Kasus HIV/AIDS sangat identik dengan fenomena gunung es, kasus yang muncul hanya sebagian kecil, jika dibanding dengan bagian es yang terletak dibawah permukaan. Untuk menemukan kasus diperlukan strategi mengingat masih adanya diskriminasi sosial di masyarakat Kota Batam.

Walikota Batam Ahmad Dahlan mengatakan untuk menanggulangi penyebaran virus HIV/Aids dilakukan dengan membuka akses langsung kepada kelompok masyarakat yang berisiko tinggi melalui klinik kesehatan yang dibangun Pemko.

Narkoba dan Gay

Selain seks bebas, penularan virus HIV di Batam juga banyak dilakukan melalui jarum suntik dari pencandu Narkoba. Itu tidak terlepas dari tingginya angka kriminalitas Narkoba di Batam.

Direktur Direktorat Reserse Narkoba Polda Kepri, Kompol Nunung Syaifudin mengatakan, pada 2009, polisi telah berhasil mengungkapkan 365 kasus narkoba di Kepri dan terbanyak di Kota Batam. Bahkan dari penelusuran Direktorat Reserse Narkoba Polda Kepri, Batam sudah menjadi sasaran utama jaringan narkoba internasional.

Itu bisa dilihat dari sebagian besar barang bukti narkoba yang diamankan pada pengungkapan kasus tersebut sepanjang 2009, yang berasal dari luar negeri. Khususnya Malaysia dan Singapura yang terdiri dari ganja, ekstasi dengan berbagai jenisnya, shabu, eriminin, putaw, bahkan jenis termahal yaitu heroin yang konon hanya bisa diperoleh di luar negeri.

Tingginya angka kriminalitas Narkoba menunjukan banyaknya pencandu narkoba di Batam sehingga potensi pertumbuhan penderita Virus HIV/Aids dari Narkoba cukup tinggi, Kepolisian Batam bahkan beberapa pekan lalu berhasil menangkap dua penderita Virus HIV yang sedang berpesta Narkoba menggunakan jarum suntik.

Oleh karena itu, kata Fransisca dibutuhkan peran serta masyarakat untuk memberi pengetahuan pada masyarakat tentang Aids/HIV karena jika tanggung jawab tersebut hanya dibebankan pada pemerintah tidak akan cukup mencegah penularn virus mematikan tersebut. (gus).

Pemerintah diminta Segera Bahas ZEE Natuna dengan Cina

BATAM – Pemerintah diminta segera melakukan pembahasan tentang Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Laut Natuna Provinsi Kepulauan Riau dengan Pemerintah Cina untuk mengurangi kerugian negara akibat seringnya terjadi pencurian ikan oleh nelayan Cina di perairan tersebut.



Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Agus Suhartono mengusulkan kepada pemerintah pusat agar secepatnya melakukan pertemuan bilateral dengan Pemerintah Cina, terkait kebiasaan nelayan Cina yang sering mencari ikan di Perairan Natuna Provinsi Kepri.

Ironisnya, pencurian ikan yang dilakukan oleh nelayan Cina itu diketahui sering dikawal langsung oleh Dinas Kelautan Cina, sehingga dikuatirkan bisa terjadi bentrokan dengan aparat Indonesia . Kondisi itu terjadi karena Pemerintah Cina selama ini secara sepihak telah mengklaim perairan di Natuna itu sebagai wilayah mereka.

"Kami mendorong Pemerintah untuk segera membahas soal ZEE di Natuna itu secepatnya dengan Pemerintah Cina agar tidak terjadi lagi tumpang tindih penguasaan di perairan itu, sebab sejak 1982 Pemerintah Cina sudah membuat klaim sendiri atas wilayah perairan tersebut,” katanya, usai rapat kordinasi membahas pengamanan selat malaka di Batam, Senin (19/7).

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) RI merilis pencurian ikan oleh nelayan asing di perairan Indonesia tidak hanya dilakukan oleh nelayan Cina tapi banyak juga dilakukan nelayan dari Thailand , Filipina , Malaysia dan Vietnam . Kerugian dari pencurian ikan oleh nelayan asing itu ditaksir mencapai 30 triliun setiap tahun.

Adapun wilayah perairan yang sangat sering dijadikan areal pencurian oleh nelayan asing salah satunya perairan di sekitar selat malaka atau perairan di Provinsi Kepulauan Riau yang sangat potensial dengan sumber daya perikanannya. Pada Mei 2010 saja, DKP diketahui telah menangkap enam kapal nelayan asing yang mencuri ikan di perairan Natuna.

Kordinasi Pengamanan

Menurut Agus, selain pencurian ikan, wilayah perairan Indonesia di sekitar selat malaka juga sangat rawan dengan aksi aksi kriminalitas lainnya seperti perampokan, penyelundupan dan aksi terorisme karena wilayah itu merupakan perbatasan antar negara.

Oleh sebab itu, Indonesia melakukan kordinasi pengamanan bersama dengan beberapa negara yakni Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Brunai Darussalam dan Filipina.

"Dengan patroli terkoordinasi dari tujuh negara itu diharapkan bisa mengantisipasi berbagai kemungkinan gangguan keamanan yang akan terjadi di selat Malaka," katanya. (gus).


Bank Indonesia Batam Menggerakan Ekonomi Daerah



Foto : Elang Tri Praptomo/Pemimpin BI Batam

Bank Indonesia (BI) tidak hanya berperan menjaga stabilitas moneter, perbankan dan sistem pembayaran sesuai Undang Undang, ternyata juga berperan sebagai motor atau penggerak pembangunan di daerah yang dilakukan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah. Seperti yang dilakukan Kantor BI Batam yang telah membina sekitar 70 usaha mikro atau UMKM di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) dengan berbagai sektor usaha antara lain peternakan ikan lele, perkebunan sayur mayur dan usaha perdagangan.



Pembinaan yang dilakukan BI Batam mengantarkan pengusaha kecil dan menengah tersebut menjadi lebih professional dan memahami arti penting dari manajemen selain kualitas produksi sehingga lebih mudah bagi mereka untuk mencari sumber pembiayaan untuk tambahan modal dari bank karena usaha yang dijalankan prospektif sehingga bank menganggap mereka bankable dan layak untuk diberikan kredit.

Dampaknya, kinerja perbankan di Provinsi Kepri mengalami pertumbuhan setiap tahunnya, seiring dengan tingginya kredit yang disalurkan. BI Batam mencatat jumlah kredit yang telah disalurkan hingga Mei 2010 sejumlah 13,05 triliun Rupiah, tumbuh 17,5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 11,1 triliun Rupiah.

Secara keseluruhan dari sektor ekonomi yang dijalani masyarakat, jumlah kredit yang disalurkan perbankan di Kepri juga mengalami pertumbuhan akibatnya loan to defosit ratio (LDR) juga tumbuh sebesar 70,93 persen pada Mei 2010 lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang 68,98 persen. Meski demikian, perbankan di Kepri masih tetap prudent dalam memberikan kredit, itu terlihat dari angka NPL yang masih rendah yakni 3,26 persen.

Secara nasional jumlah kredit yang disalurkan perbankan juga mengalami pertumbuhan 18,6 persen pada semester satu 2010, sehingga BI merevisi target pertumbuhan kredit tahun ini dari 17-20 persen menjadi 22-24 persen.

Untuk mengetahui peran BI Batam dalam pengembangan sektor Rill dan UMKM, berikut petikan wawancara yang dilakukan wartawan Koran Jakarta, Agus Salim bersama Pemimpin Bank Indonesia Batam, Elang Tri Praptomo.

Tabel : Jumlah Kredit yang disalurkan di wilayah Kerja BI Batam
Kredit Mei 2009 April 2010 Mei 2010
Modal Kerja 3,791,934 4.309.108 4.454.527
Investasi 2,431,489 2.354.410 2.487.054
Konsumsi 4,888,492 5.994.192 6.112.173
Sumber : Kantor Bank Indonesia Batam

Belum banyak masyarakat yang mengetahui peran BI dalam pengembangan sektor rill dan UMKM, bisa dijelaskan ?...

Sejak berlakunya UU nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia lalu diubah dengan UU nomor 3 tahun 2004 maka kebijakan BI dalam membantu pengembangan UMKM
mengalami perubahan paradigma yang cukup mendasar, karena BI tidak dapat lagi memberikan bantuan keuangan secara langsung yang dulu disebut kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI).

BI selanjutnya hanya bisa berperan secara tidak langsung melalui peningkatan intensitas dan efektifitas pemberian bantuan teknis seperti pelatihan, penyediaan informasi, fasilitasi, promosi, pengembangan riset, survey dan inovasi.

Pendekatan yang digunakan kepada UMKM juga bergeser dari development role menjadi promotional role dan pendekan yang memberikan subsidi kredit dan bunga murah juga bergeser kepada pendekatan yang lebih menitikberatkan pada kegiatan pelatihan kepada petugas bank, pandamping UMKM, penelitian dan penyediaan informasi.

Meski demikian, kami masih tetap memberi dukungan kepada pertumbuhan sektor rill dan UMKM karena secara keseluruhan hal itu sangat menyangkut dengan fungsi BI sebagai penjaba stabilitas moneter. Namun…bantuan yang diberikan lebih difokuskan pada peningkatan fungsi intermediasi perbankan serta untuk mendukung sistem perbankan yang sehat.

Lalu apa yang telah dilakukan BI Batam dalam pengembangan sektor rill dan UMKM di Provinsi Kepri ?..

Kantor BI Batam memiliki tim yang bekerja hingga ke pelosok pulau dan desa di Kepri untuk memberdayakan sektor rill dan UMKM, dan sudah lebih dari 70 usaha mikro atau UMKM yang kami bina, diantaranya lebih dari 20 UMKM yang sukses dan bankable sehingga bisa lebih mudah mencari tambahan modal dari perbankan.

Sektor usaha yang dilakukan warga binaan kami sangat beragam seperti peternakan ikan lele, budidaya sayur mayur, perdagangan dan lainnya, dan Alhamdulillah produk sayur mayur dari UMKM yang kami bina sudah ada yang berhasil masuk ke supermarket modern seperti Carrefour di Batam.

Kami juga membentuk beberapa cluster seperti di Daerah Tanjung Uma, Sei Temiang, dan Botania Garden di Batam yang tujuannya untuk mengelompokan masyarakat di satu kawasan agar lebih mudah untuk mencari pembiayaan lewat bank.

Apakah yang dilakukan BI Batam hanya sebatas pembinaan, bagaimana dengan permodalan ?..

Untuk permodalan kami mengajak Pemerintah Daerah dan Bank yang memiliki program KUR (Kredit Usaha Rakyat) agar bisa membantu masyarakat tersebut selain itu warga juga kami arahkan untuk bankable, sehingga UMKM dapat mengelola usaha dengan baik dan memudahkan dalam mengakses kredit perbankan. Khusus untuk permodalan, KBI Batam melakukan analisa pola pemberdayaan dan lending model yang sesuai dengan karakter UMKM setempat.

Kalau mencari kredit lewat Bank tentu tidak mudah bagi UMKM karena kebanyakan UMKM di Indonesia tidak bankable, menurut anda ?..

Oleh karena itu kami melakukan pembinaan UMKM agar bisa bankable, kami sendiri tidak punya wewenang untuk mengintervensi bank agar mencairkan kredit pada pengusaha tertentu karena bank punya prosedur untuk menyalurkan kredit, dan selama ini kami hanya menghimbau kepada perbankan agar memberikan kredit pada UMKM.

Penguatan peran dan fungsi KKMB sebagai pendamping UMKM, sehingga keberadaan KKMB dapat meningkatkan UMKM yang bankable, memberikan kegiatan konsultatif terhadap pelaku usaha baru dan mampu menjembatani antara UMKM dan bank.
`
Selain itu, kami juga mendorong pertumbuhan BPR (Bank Perkreditan Rakyat) yang memang fokus pada pemberian kredit untuk usaha mikro, dan jumlahnya saat ini di Kepri sudah mencapai 35 BPR. Bahkan beberapa diantaranya telah membuka cabang yang hingga kini berjumlah 10 kantor cabang. Keberadaannya cukup signifikan membantu pengembangan sektor rill dan UMKM di Kepri.

Bisa disebutkan salah satu UMKM binaan BI Batam yang telah berhasil ?..

Peternakan ikan lele di Batu 12 Kota Tanjung Pinang, usaha yang dilakukan warga di tempat itu menjadi pilot project bagi kegiatan fasilitasi percepatan pemberdayaan ekonomi daerah di daerah lain.

Kami memilih sektor usaha tersebut karena budidaya ikan lele merupakan usaha yang cukup potensial dan saat ini berkembang cukup pesat di Kepri. Daerah itu juga memiliki sumber air yang cukup untuk peternakan lele. Sementara itu, metode yang kami kembangkan adalah budidaya dengan pakan plankton yang merupakan makanan alami ikan lele sehingga peternak tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk membeli pakan atau pellet. (gus).








Kehidupan Nelayan Kepri Terancam

BATAM – Kehidupan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang berprofesi sebagai nelayan kian terjepit seiring makin sulitnya mendapatkan hasil laut seperti ikan, kepiting dan udang disebabkan laut mulai tercemar.



Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Bintan Provinsi Kepri, Baini mengatakan, perekonomian warga Kepri yang berprofesi sebagai nelayan kian terjepit karena hasil tangkapannya kian menyusut, padahal biaya produksi khususnya untuk membeli bahan baker solar terus meningkat.

Akibatnya, banyak warga yang beralih profesi dari nelayan menjadi pekerja lainnya seperti buruh dengan gaji pas pasan.

Kian menyusutnya hasil tangkapan, kata dia disebabkan laut Kepri sudah tercemar sehingga biota laut mulai menyingkir dari perairan Kepri. Pencemaran laut di Kepri banyak dilakukan oleh perusahaan pertambangan dan galangan kapal.

Misalnya, di Kabupaten Bintan, pencemaran laut terjadi disebabkan aktivitas pertambangan PT Gunung Sion yang melakukan penambangan bauksit. Perusahaan itu disinyalir dengan sengaja membuang limbah produksinya langsung ke laut menyebabkan perairan di sekitar perusahaan itu tercemar.

Kian menyusutnya hasil tangkapan nelayan juga dipengaruhi oleh semakin dangkalnya perairan di sekitar pantai khususnya di sekitar areal yang dulunya banyak ditanami pohon bakau. Itu disebabkan, banyaknya aktivitas perambahan pohon bakau oleh orang tak bertanggung jawab untuk dijadikan arang dan akibat aktivitas penambangan pasir.

Akibatnya, kehidupan biota seperti ketam-ketam, udang dan gonggong yang biasa menjadi tangkapan para nelayan makin langka didapatkan, karena perairan tempat mereka hidup kian dangkal.

Seorang nelayan di Bintan, Razak mengatakan semakin sulit mendapatkan hasil tangkapan seperti ketam, udang dan gong gong karena habitat mereka telah tercemar. Akibatnya dia selalu merugi setiap melaut disebabkan biaya produksi seperti untuk membeli bahan baker solar dan umpan tidak sebanding dengan pendapatan yang diterima.

Menurutnya, untuk mendapatkan ketam harus dipancing dengan umpan dari ikan pari yang harganya sekitar 8 ribu rupiah per kilo gram dan setiap melaut, Razak biasanya membawa 5 kilo gram umpan sehingga biaya untuk membeli umpan saja sekitar 40 ribu rupiah. Sementara itu, harga satu kilogram ketam besar dijual 40 ribu rupiah, sehingga jika biaya produksinya ditambah dengan biaya bahan bakar maka pihaknya akan merugi, terlebih untuk mendapatkan ketam saat ini cukup sulit.

"Kalau dihitung, satu kali melaut untuk umpan saja sekitar 40 ribu rupiah, ditambah lagi dengan biaya tenaga kerja dan BBM. Kalau dapat satu Kg ketam yang besar dijual seharga 40 ribu rupiah mak tdak balik modal, bahkan nombok. Parahnya lagi, kadang turun kelaut juga tak dapat ketam sama sekali," katanya.

Oleh karena itu, Razak dan nelayan lainnya berharap, pemerintah bisa menertibkan para penambang dan aksi liar orang tak bertanggung jawab yang merambah hutan bakau. Perusahaan pertambangan juga diminta bisa menjaga lingkungan khususnya sunga-sungai agar tidak tercemar, sebab sungai atau laut tersebut merupakan tempat mata pencarian nelayan kecil.

"Jika sangai atau laut sudah dangkal, nelayan tradisional seperti kami ini mau kemana lagi mencari nafkah, jadi tolong jangan cemari sungai dan laut,” katanya. (gus).


Kamis, 22 Juli 2010

Batam Butuh 15 Ton Ikan Lele Per Bulan

BATAM – Pemerintah Kota Batam menyambut baik keputusan pemerintah yang membuka kembali kran impor ikan air tawar seperti ikan lele, pasalnya konsumsi ikan lele warga Batam mencapai 15 ton per bulan, dan baru bisa dipasok sendiri sekitar 60 persen sedangkan 40 persen sangat tergantung dari impor.



Kepala Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian (KP2) Kota Batam Suhartini mengatakan, Pemerintah pusat telah menghentikan impor ikan lele ke Batam sejak kuartal satu 2010 lalu, dan saat ini larangan impor dicabut sehingga pasokan lele dinilai cukup.

“Harga ikan lele saat ini sudah normal kembali setelah pemerintah mencabut larangan impor ikan air tawar,” katanya, akhir pekan lalu.

Pada saat impor di larang, harga ikan lele mencapai 25.000 rupiah per kilogram, padahal sebelumnya hanya 17.000-18.000 rupiah per kilo gram. Naiknya harga ikan lele pada saat itu disebabkan pasokan di pasar langka sehingga pedagang ambil untung cukup tinggi.

Kota Batam sendiri, kata Suhartini membutuhkan ikan lele lebih dari 15 ton per bulan atau dengan asumsi satu kilo gram sebanyak tujuh ekor ikan lele maka untuk 15 ton mencapai 105.000 ekor per bulan. Dari jumlah itu, yang baru bisa dipasok sendiri sekitar 60 persen sedangkan 40 persen sangat tergantung impor dari Malaysia .

Batam memang tidak mungkin bisa memenuhi kebutuhan ikan lelenya sendiri, karena banyak faktor yang menghambat pengembangan budidaya ikan lele di Batam. Faktor yang menghambat itu antara lain, keterbatasan lahan, tingginya harga pakan yang menyebabkan tidak banyak warga yang mau melakukan budidaya ikan lele tersebut, karena keuntungan yang diperoleh relatif kecil.

Walikota Batam Ahmad Dahlan menambahkan, Pemerintah sebaiknya melakukan penghentian impor ikan lele secara bertahap berdasarkan kebutuhan atau quota. Pasalnya, jika impor dihentikan secara total, maka akan terjadi gejolak harga di pasaran.

Dinas Perikanan juga diminta untuk memberdayakan petani lokal agar produksinya bisa ditingkatkan. Selain itu, harus dicari upaya untuk mendatangkan ikan lele dari daerah lain di Indonesia bukan dari negara lain. (gus).

Carrefour Gandeng UMKM

BATAM – Pemilik gerai Carrefour, PT Alfa Retailindo Tbk mengandeng usaha mikro dan koperasi guna memasarkan produk mereka di seluruh gerai Carrefour. Langkah itu diharapkan bisa meningkatkan pendapatan sehingga target pertumbuhan penjualan 10 persen pada tahun ini bisa tercapai.



Corporate Affairs Director PT Carrefour Indonesia sebagai pemegang saham pengendali PT Alfa Retalindo Tbk, Irawan D Kadarman mengatakan, perseroan telah menandatangani kerjasama dengan Kementerian Pertanian dan Koperasi tentang pemberdayaan usaha mikro dan koperasi yang selama ini dibina oleh lembaga tersebut.

“Pada saat pembukaan pekan flora dan flori di Batam kemarin, kita sudah menadatangi MoU dengan Kementerian Pertanian yang diwakili Direktur Jenderal Hortikultura Ahmad Dimyati,”katanya, Jumat (16/7).

Dalam kerjasama itu, Carrefour akan menyediakan tempat penjualan khusus yang diberinama “Pojok Rakyat” bagi produk yang dihasilkan usaha mikro dan koperasi di seluruh gerai Carrefour di Indonesia. Carrefour juga akan membina pelaku usaha mikro tersebut agar produk yang dihasilkan memiliki berkualitas dan pasokannya juga bisa berkelanjutan.

Selanjutnya, Carrefour akan mempromosikan produk Usaha mikro tersebut agar bisa dikenali pembeli. Untuk itu akan dibentuk komite khusus antara Carrefour dan Kementerian Pertanian yang akan memonitor dan mengevaluasi penjualan produk tersebut.

Menurut Irawan, perseroan juga sebelumnya sudah menandatangani kerjasama dengan Kementrian Negara Koperasi, Usaha kecil dan Menegah (Kemenegkop dan UKM) dan NU (Nahdlatul Ulama) di Surabaya Provinsi Jawa Timur beberapa pekan lalu. Kerjasamanya sama dengan yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian.

Tambah Gerai

Untuk meningkatkan penjualan, kata Irawan perseroan terus menambah gerai di lokasi yang prospektif di luar Jawa. Untuk itu, satu gerai di Batam sudah di buka dan pada Kuartal empat ini akan kembali dibuka satu gerai di Batam juga. Dengan demikian, jumlah gerai yang dimiliki Carrefour hingga saat ini sebanyak 83 gerai.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Alfa Retailindo Ales Okta Pratama mengatakan, perseroan memang akan memokuskan pembukaan gerai di luar pulau Jawa yang saat ini pertumbuhannya cukup pesat. Perseroan bahkan telah membatalkan rencana pembukaan tiga gerai di Jakarta karena proses perijinannya cukup rumit.

Hingga saat ini, kata dia perseroan telah membuka gerai di tiga kota yakni Singaraja Provinsi Bali, Pontianak Provinsi Kalimantan Barat dan Batam Provinsi Kepulauan Riau. Perseroan mengalokasikan dana sekitar 80 miliar rupiah untuk investasi pembangunan dan pengembangan gerai pada tahun ini.

Dengan bertambahnya gerai tersebut, perseroan optimistis penjualannya bisa tumbuh sekitar 10 persen pada tahun ini atau 1,68 triliun rupiah dari 1,53 triliun rupiah pada 2009.

Kepala Riset Asia Financial Network (AFN) Rowena Suryobroto mengatakan, bisnis ritel tahun ini akan tumbuh lebih baik dibanding 2009 ditunjang oleh meningkatnya pendapatan masyarakat.

“Semua hal yang menopang pendapatan masyarakat pada tahun ini sudah lebih baik dibanding 2009,” katanya. Selain itu, adanya proyeksi pertumbuhan ekonomi yang 5,5 persen serta naiknya produksi sejumlah komoditas juga akan memicu maraknya industri ritel.

Oleh sebab itu, menurut Rowena, perusahaan ritel mestinya lebih agresif melakukan penetrasi terutama di luar Jawa, karena sampai saat ini penetrasi peritel modern di luar Jawa masih minim padahal potensi pertumbuhan pendapatan di daerah cukup tinggi seiring maraknya eksplorasi komoditas pertambangan. (gus).

Gunawan Belum Negosiasi Soal Divestasi Saham ke KS

JAKARTA – Perusahaan baja, PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk diketahui belum bernegosiasi dengan manajemen Krakatau Steel (KS), terkait rencana KS yang akan membeli 20 persen saham di perusahaan itu. Sementara kinerja perseroan semakin kinclong, laba bersih di kuartal dua ini diprediksi tumbuh 100 persen atau sekitar 80 miliar rupiah.



Direktur Gunawan Dianjaya Steel Hadi Sutjipto mengatakan, perseroan sampai saat ini belum pernah melakukan negosiasi ataupun pembicaraan bisnis terkait rencana KS yang akan masuk ke PT Gunawan Dianjaya Steel. Oleh karena itu, rumor yang berkembang saat ini diragukan kebenarannya.

“Kami belum dapat informasi dari pemegang saham soal divestasi saham mereka,” katanya, Kamis (15/7).

Ditambahkan, pemegang saham PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk sampai kuartal satu ini adalah, Kellywood Holding Limited sebanyak 51,37 persen, Bavarian Venture Investment sebanyak 35,94 persen, PT Jaya Pari Steel Tbk sebanyak 8,29 persen, PT Beton Jaya Manunggal Tbk sebanyak 2,20 persen dan saham public sebanyak 2,20 persen.

Sementara itu, Vice President Corporate Communication PT Krakatau Steel (KS) Wawan Hermawan mengatakan, perseroan sampai saat ini belum berniat untuk mengakuisisi saham Gunawan sehinggu rumor tersebut dinilai tidak benar.

KS, kata dia saat ini masih fokus pada rencana kerjasama dengan POSCO Korea yang akan membangun pabrik baja di Cilegon senilai 6 miliar dollar AS. Naskah kerjasama antara KS dan POSCO diperkirakan akan ditandatangani akhir bulan ini sehingga pengerjaan pabrik akan segera dimulai dan diharapkan rampung pada 2013 untuk tahap pertama. Pabrik itu akan memproduksi baja sebesar 6 juta ton yang sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Menurut Wawan, PT Gunawan Dianjaya Steel memang cukup berkepentingan dengan KS karena mereka membutuhkan bahan baku baja. Selama ini bahan baku produk baja nasional banyak didatangkan dari Cina, namun seiring dengan peningkatan harga menyebabkan banyak perusahaan baja nasional yang kesulitan mendapatkan bahan baku dengan harga murah. Meski demikian, KS belum berniat untuk membeli saham PT Gunawan.

Kinerja Q-2

Terkait dengan kinerja PT Gunawan Dianjaya Steel di kuartal dua ini, menurut hadi masih tetap tumbuh disebabkan harga jual plat baja tetap tinggi yakni 775-780 dollar AS per ton.

Hadi memprediksi laba bersih perseroan di kuartal dua ini tumbuh 100 persen dibanding kuartal pertama 2010 atau sekitar 80 miliar rupiah, sementara di kuartal satu ini laba bersihnya 40,4 miliar rupiah. Dengan capaian tersebut, perseroan optimistis kinerja penjualan dan laba bersih hingga akhir tahun bisa tumbuh 40-60 persen sesuai dengan target awal.

Direktur Industri Logam Ditjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka (ILMTA) Kementerian Perindustrian IG Putu Suryawirawan mengatakan, industri baja pada 2010 diprediksi tumbuh sekitar 5 persen sampai 10 persen, lebih tinggi dibanding 2009 yang minus 0,06 persen.

Pertumbuhan itu dipicu membaiknya kondisi ekonomi dalam negeri dan global sehingga konsumsi baja ikut meningkat. Konsumsi baja nasional saat ini sekitar 8 juta sampai 9 juta ton per tahun, sedangkan kapasitas produksi nasional hanya 4 juta ton, 2,5 juta ton diantaranya diproduksi dari pabrik Krakatau Steel. (gus).

First Inertia Masuk ke Intikeramik

JAKARTA – Perusahaan keramik, PT Intikeramik Alamasri Tbk mendapatkan investor baru yakni perusahaan dari Republik Seychells, First Inertia Limited yang telah membeli surat utang (obligasi) khusus atau Mandatory Convertible Bonds dari Best Achieve Investment Limited sejumlah 34,7 miliar rupiah. Transaksi itu diperkirakan tidak akan berpengaruh signifikan terhadap manajemen karena jika surat utang itu dikonversi ke saham jumlahnya tidak signifikan yakni 9-10 persen sehingga Best Achieve Investment masih tetap menjadi pemegang saham mayoritas dengan jumlah kepemilikan 31,19 persen.



Sekretaris Perusahaan Intikeramik Kurniadi mengatakan, pihaknya memang sudah mendapat informasi soal pengalihan MCB atau Mandatory Convertible Bonds dari Best Achieve Investment Limited, perusahaan yang berkedudukan di Hongkong yang menjadi pemegang saham mayoritas kepada First Inertia Limited yakni perusahaan yang berkedudukan di Republik Seychells senilai 34.691.893.010 rupiah.

“Tidak akan terjadi perubahan manajemen apapun terkait dengan masuknya First Inertia Limited,” katanya, Rabu (14/7).

Pihak First Inertia, kata dia diperkirakan akan mengonversi MCB itu kedalam bentuk saham pada akhir tahun ini dengan jumlah kepemilikan saham sekitar 9-10 persen. Oleh karenanya, diperkirakan tidak akan terjadi perubahan manajemen dan keberadaan investor itu juga tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan sebab jumlah sahamnya relatif kecil.

Terkait dengan restrukturisasi utang dengan Bank Mandiri senilai 200 miliar rupiah yang sudah jatuh tempo pada Desember 2008, menurut Kurniadi sampai saat ini masih berjalan dan target penyelesaikan pada kuartal satu ternyata bergeser hingga akhir tahun ini.

“Restrukturisasi dengan Bank Mandiri masih berjalan, diharapkan rampung akhir tahun ini,” katanya.

Restrukturisasi dilakukan setelah perseroan gagal bayar atau default utangnya pada saat jatuh tempo. Akibatnya managemen melakukan negosiasi kepada Bank mandiri untuk mendapatkan penjadwalan kembali utangnya.

Perseroan, kata dia, awalnya akan membayar utang tersebut dengan menerbitkan saham terbatas atau Rights Issue dengan menerbitkan saham baru sebanyak 250 juta lembar saham di harga 800 rupiah per lembar saham dengan nilai nominal 500 rupiah, dengan target dana 200 miliar rupiah. Namun, rencana tersebut hingga saat ini masih belum dipastikan karena pembeli siaga yakni International lising and investment company (ILIC) belum bersedia melakukan transaksi akibat kondisi pasar yang masih fluktuatif.

Revisi Target

Kurniadi mengatakan, pihaknya merevisi target pertumbuhan pendapatan tahun ini dari 10-20 persen atau senilai 300 miliar rupiah menjadi 8,5 persen atau 245 miliar rupiah. Penurunan target itu dipengaruhi oleh belum membaiknya pasar ekspor sehingga penjualan perseroan saat ini sebagian besar mengandalkan pasar dalam negeri.

Dengan pertumbuhan pendapatan 8,5 persen, kata dia diharapkan laba yang bisa diterima mencapai 5 miliar rupiah. Angka itu relatif lebih baik ketimbang rugi bersih yang diterima pada 2009 mencapai 39,8 miliar rupiah. Kerugian yang diterima pada 2009 itu menyebabkan perseroan tidak membagikan dividen pada kinerja keuangan 2009.

Untuk mengejar pertumbuhan pendapatan tahun ini, selain fokus di pasar domestic perseroan juga akan melakukan diversifikasi produk dengan membuat keramik sesai permintaan atau selera pasar.

Ketua Asosiasi Industri Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Achmad Widjaya mengatakan,

Industri keramik nasional pada tahun ini tidak bisa bergantung pada pasar ekspor karena kondisi pasar di Amerika dan Eropa masih belum pulih akibat krisis global. Oleh karenanya, perusahaan keramik disarankan untuk fokus di pasar dalam negeri sebab permintaannya masih cukup tinggi. (gus).



Batam Legalkan Permainan Judi Ketangkasan

BATAM – Pemerintah Kota, DPRD dan Kepolisian Kota Batam akhirnya menyepakati untuk melegalkan permainan ketangkasan elektronik atau Jackpot yang selama ini dilarang karena mengandung unsur judi. Dari permainan ini diharapkan bisa menyumbang pemasukan daerah sekitar 60 miliar rupiah pertahun.



Setelah sekian melakukan praktik secara sembunyi sembunyi dan kucing kucingan dengan aparat, akhirnya pengusaha Gelangang Ketangkasan atau Jackpot di Batam bisa bernapas lega karena Pemerintah Kota telah melegalkan permainan tersebut.

Kepala Dinas Kota Batam, Guntur Sakti mengatakan alasan utama Pemerintah Kota melegalkan permainan itu adalah untuk menambah pendapatan asli daerah (PAD) sekaligus untuk menyukseskan program Visit Batam Year 2010. Dari permainan itu, PAD yang diharapkan bisa diterima pemerintah sekitar 60 miliar rupiah pertahun.

Guntur menambahkan, pelegalan permainan Jackpot tersebut juga untuk membendung warga Batam yang semakin ramai bermain judi di Singapura paska dibukanya Kasino di negara tersebut beberapa bulan lalu.

Sejak Kasino dibuka di Singapura, banyak warga Batam dan warga Indonesia lainnya yang bermain judi di negara tersebut sehingga devisa negara tersedot sekitar 600 miliar rupiah per bulan ke Singapura.

Indonesia sendiri merupakan target pasar utama bagi Singapura untuk menarik pengunjung bermain judi ke kasino tersebut. Pihak Singapura mengklaim bisa mendatangkan 500.000 pengunjung dalam sepekan ke kawasan resort tersebut, berarti ada 75.000 orang perhari dan 25.000 orang diperkirakan mampir ke kasino untuk berjudi.

Jika diprediksi 20 persen dari pengunjung harian itu berasal dari Indonesia , maka rata-rata orang Indonesia yang bertaruh di kasino Singapura minimal 5.000 orang per hari.

Humas PHRI Kota Batam, Chairudin mengatakan sejak dua resor terpadu yang dilengkapi dengan kasino berdiri Singapura pada April 2010, tingkat hunian hotel di Batam mengalami penurunan

“Oleh karenanya dengan dibukanya Jackpot ini diharapkan bisa membentengi warga Indonesia dan Batam khususnya agar tidak bermain judi ke Singapura,” katanya.

Meski demikian, Guntur malu malu mengatakan bila Jackpot yang dilegalkan tersebut mengandung unsur judi karena melalui Peraturan Daerah (Perda) nomor 17 tahun 2001, Pemerintah Kota mengatur denga ketat permainan tersebut.

Beberapa aturan dalam Perda tersebut antara lain, tidak diperboleh adanya penukaran hadiah berupa uang di arena permainan tersebut, waktu operasi terbatas dari pukul 10 pagi hingga 10 malam dan seluruh mesin Jackpot harus mendapat verifikasi dari Pemkot Batam.

Anggota DPRD Kota Batam Ruslan Kasbulatof mengatakan, permainan jackpot tersebut tidak mengandung unsur judi sehingga tidak masalah jika dilegalkan. Sementara itu Kapoltabes Barelang, Eka Yudha Satriawan menambahkan, kepolisian tidak menemukan unsure judi dalam permainan jackpot karena melalui pemantauan yang dilakukan kepolisian tidak ada indikasi penukaran uang hadian dalam arena permainan itu.

Untuk itu, di legalkannya permainan jackpot disambut baik, untuk itu Kepolisian segera memerika ijin pengusaha Jackpot yang ada di Batam untuk segera memperpanjang ijin jika sudah habis masa berlakunya. (gus).


Modus : Untung Ratusan Juta Dari Piala Dunia

Sekali pasang taruhan minimal 100 ribu rupiah per orang, jika berhasil nebak skor dalam pertandingan piala dunia tersebut maka uang bisa menjadi 200 ribu rupiah, tapi sedikit yang bisa berhasil menebak sehingga keuntungan Akiong dan dua rekannya bisa mencapai ratusan juta setiap hari selama piala dunia berlangsung.



Jika tidak ada sms pengaduan ke markas Poltabes Barelang, mungkin Akiong atau Susanto dan dua rekannya masing masing Hui Yong alias Harto dan Yui Li alias Salomon bisa menikmati keuntungan sebagai Bandar judi piala dunia hingga ratusan juta rupiah hanya dalam beberapa hari saja.

Akiong tidak mengira, enam orang yang berpakaian preman ternyata polisi dan menangkapnya ketika dia sedang menghitung uang taruhan peserta judi bola. Tanpa berkata apapun, akhirnya Akiong beserta uang taruhan, laptop dan dua rekannya di giring ke kantor polisi untuk diperiksa.

Diceritakan, awalnya dia hanya iseng main tebak tebakan skor gol selama piala dunia bersama rekan rekan dan saudaranya. Tapi, lama kelamaan dia menjadi Bandar dan mengajak rekan dan saudaranya untuk taruhan dengan menebak skor dalam piala dunia yang sedang dipertandingkan.

Dari rekan dan saudaranya, perjudian yang dilakukan Akiong yang sehari harinya adalah pedagang Handphone tersebut mulai menyebar ke banyak orang dan mulai banyak orang yang ikut bertaruh.

Modus yang dilakukannya adalah dengan menebak skor dalam piala dunia yang sedang berlangsung, setiap peserta judi minimal memasang taruhan 100 ribu rupiah. Peserta yang ingin ikut taruhan cukup mengirim sms ke nomor handphone AKiong dan uang taruhan selanjutnya bisa dijemput oleh anak buah Akiong atau diantar langsung oleh peserta judi.

Menurutnya dalam satu hari peserta yang ikut bisa mencapai 100 orang lebih dengan taruhan bervariasi dari mulai 100 ribu rupiah sampai jutaan rupiah. Sebagian besar peserta judi tersebut tidak berhasil menebak skor sehingga kalan dan Akiong bisa mereguk untung jutaan rupiah setiap harinya.

Keuntungan paling tinggi kata Akiong saat pertandingan Jerman melawan Inggris, banyak peserta yang menebak Inggris yang menang dengan skor 1-0 tapi ternyata Jerman yang menang.

Kedok Akiong terungkap setelah kepolisian Poltabes Barelang menerima sms dari seseorang yang mengaku sering ikut judi bola yang dilakukan Akiong, si pengirim sms itu menyebut tempat dilakukan transaksi dan modus yang dilakukan Akiong sehingga mudah bagi polisi untuk menangkap Akiong.

Akiong sendiri tidak mengira kalau permainan judi yang hanya dilakukannya dikalangan etnis Tiong Hoa bisa tercium polisi sehingga dia harus berususan dengan Polisi.

Kapoltabes Barelang AKBP Eka Yudha Satriawan mengatakan, pihaknya memang telah menangkap tiga tersangka masing-masing Hui Yong alias Harto, Yui Li alias Salomon dan Akiong alias Susanto yang diduga menjadi Bandar judi selama piala dunia berlangsung.

Ketiganya sampai saat ini masih belum mengaku, namun dari pengaduan masyarakat mereka memang benar adalah Bandar judi bola tersebut, dan polisi masih melakukan pemeriksaan.

Ketiganya orang yang ditangkap itu merupakan pedagang telepon genggam (handphone), dan ketiganya tertangkap di Kawasan perdagangan Plaza Mitra Mall dan Plaza Aviari daerah Batuaji Batam ketika sedang melakukan transaksi judi bola sekitar pukul 20.00 WIB, Minggu (27/6).

Dari tangan para tersangka, disita barang bukti berupa uang taruhan sebanyak 6,3 juta rupiah, satu unit laptop, empat unit ponsel, tiga buah buku bank dan daftar rekap peserta judi. Omzet ketiga Bandar tersebut mencapai ratusan juta setiap harinya.

"Mereka kita tangkap setelah mendapat laporan dari masyarakat adanya praktik perjudian bola yang dilakukan dengan modus tebak skor melalui SMS," kata Eka.

Dikatakan, perjudian itu terungkap setelah para tersangka menerima SMS dari pemain, yakni Cai, Wia dan Thoa berisi nama negara yang akan dipilih jelang pertandingan Jerman melawan Inggris. Saat dilakukan penyergapan, para tersangka tak bisa mengelak.

Para bandar ini meraup untung cukup besar dari pemain yang rata-rata teman mereka. Pasalnya, jumlah taruhan setiap pertandingannya mencapai ratusan juta rupiah setiap harinya dengan menggunakan modus yang dilakukan dalam perjudian ini adalah penetuan skor dari setiap pertandingan. Para pemain hanya mengirim SMS negara mana yang ditahan dan berapa skornya. Selanjutnya, ada kurir yang disiapkan untuk menjemput uang taruhan dari setiap pemain.

"Jika para pemain kalah tebak, maka uang taruhan jadi milik bandar, dan setiap peserta judi biasanya bertaruh minimal 100 ribu per orang" kata Eka.

Ketiga tersangka selanjutnya diancam dengan pidana perjudian karena melanggar pasal 303 KUHP.

Selain menangkap Bandar judi bola piala dunia, Kepolisian juga menangkap peserta judi bola diwilayah Tanjung Pinang Provinsi Kepri yang diduga kuat ada sangkut pautnya dengan permainan judi yang di motori oleh Akiong.

Satuan Reskrim Polresta Tanjung Pinang menangkap tiga orang yang diduga bermain judi, dan dari tangan ketiga tersangka tersebut, polisi menyita uang tunai satu juta rupiah dan tiga telepon genggam yang digunakan untuk berjudi.

Kasat Reskrim Polresta Tanjung Pinang AKP Hary Purnomo mengatakan, penangkapan Jimi, A Cok, dan Kalep berdasarkan informasi dari masyarakat. Para tersangka biasa bermain judi di sebuah kafe di Bintan Center yang juga menggelar nonton bareng piala dunia.

Tersangka Jimi mengakui perbuatannya. Dia bermain judi hanya sekadar iseng agar suasana menonton bareng pertandingan sepakbola menjadi menarik. Polisi menduga ada bandar besar yang mengkoordinir praktik judi di Bintan. Sebab, transaksi judi bola di wilayah tersebut mencapai puluhan juta rupiah.

Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, para tersangka kini meringkuk di Mapolresta Tanjung Pinang . Mereka dijerat Pasal 303 KUHP tentang Perjudian dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.(gus).




Judi Kembali Marak di Batam


Praktik judi kembali mewabah di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), terutama Kota Batam, mulai dari judi ketangkasan atau jack pot hingga toto Singapura, bahkan saat pertandingan piala dunia berlangsung dijadikan bandar sebagai permainan judi.


Kota Batam sudah sejak lama dikenal sebagai kota Judi, bahkan sekelompok masyarakat menghendaki agar judi di legalkan di Kota Batam karena memberi banyak masukan atau pendapatan bagi warganya. Bahkan seorang pengusaha nasional juga sudah menyatakan minat untuk membangun Kasino atau pusat judi di Pulang Rempang namun terbentur dengan hiruk pikuk dan protes dari Anggota DPR hingga saat ini, dan rencana itu sudah di dahului oleh Singapura dengan membangun Kasino di Pulau Sentosa.


Sejumlah tempat di Batam sampai saat ini diduga masih melakukan praktik judi meskipun dengan balutan permainan ketangkasan, diantaranya di hotel Formosa, pusat perbelanjaan Nagoya dan Batu Aji, Penguin, dan Pasar Jodoh, di mal Nagoya Hill dan Batam City Suqare (BCS).


Salah satu judi permainan judi yang terkenal di Batam saat ini adalah permainan toto Singpura atau Sie Jie. Dalam permainan ini, pemain yang memasang taruhan sebesar 1.000 rupiah, jika tebakan angkanya benar maka mendapatkan hadiah sebesar1,8 juta rupiah.


Uniknya, untuk taruhan kecil itu, agen tidak perlu memberikan tanda bukti baik berupa kupon maupun catatan. Jika uang taruhan sudah di tangan bandar, pemasang cukup mengirimkan angka tebakan melalui sms (pesan singkat). Bagi tebakan yang kena, agen akan menginformasikan lewat sms.


Permainan judi tersebut sudah mewabah dan beredar hingga ke kampung kampung. Hendri (41), warga Kampung belimbing Batam mengungkapkan, setiap putaran (tiga kali sepekan), dia selalu menyisihkan sedikitnya 5.000 rupiah untuk memasang sie jie. Sejauh ini, Abizar mengaku, tebakannya belum pernah menang tapi dia tetap terus bermain.


Pria asal Medan itu mengaku tidak merasa melanggar hukum ketika memasang sie jie. Alasannya, yang memasang tidak hanya masyarakat awam, tetapi oknum aparat juga. Malah dirinya pernah mendapat percikan dari seorang oknum polisi yang tebakannya kena. "Waktu itu saya diberi lima ribu. Lumayanlah, bisa pasang lima puluh tebakan. Tapi, dasar uang setan dimakan hantu, walau sudah pasang lima puluh tebakan, tak ada yang kena," katanya geram.


A Ling (35), warga Windsor , lebih tertarik membeli kupon dari pada lewat sms. Kendati harganya lebih mahal, yakni 1 dolar Singapura, ia tetap memilih kupon. "Namanya saja tebakan, Mas. Makin besar taruhan, hadiah juga lebih besar. Makanya, saya lebih suka beli kupon langsung," ucapnya.


Menurut A Sun, agen sie jie sudah cukup banyak di sekitar Nagoya , Jodoh, Windsor dan Pelita. Untuk mendapatkan kupon, pemasang cukup datang ke tempat tertentu seperti warung kopi, biliar, fotocopy bahkan conter ponsel. Khusus untuk kedai kopi, salah satu ciri bahwa kedai kopi itu menjual kupon sie jie, jika banyak yang keluar masuk tanpa minum.


"Saya juga seperti itu. Habis beli kupon, langsung pergi. Kita takut terjadi sesuatu. Namanya judi, bisa saja kita dijebak aparat," sebutnya.


Pani (47), pengusaha di Nagoya , mengaku setiap putaran menghabiskan sedikitnya 2 juta Rupiah, ada kalanya, ia membeli kupon langsung ke Singapura. Walaupun biaya lebih tinggi, tidak terlalu bermasalah baginya. "Yang penting bagi kita jaminan keamanan. Kalau di Singapura, kita tidak perlu pikirkan resiko ditangkap polisi. Di Singapura, kupon dijual bebas, termasuk di super market," katanya.


Dikatakan, para pengusaha batam cukup banyak penggemar sie jie Singapura, malah tidak jarang terjadi, ada rekannya yang bertindak sebagai bandar. Jika tebakan tidak kena, uang menjadi milik bandar. Sebaliknya, jika tebakan kena, bandar akan mengganti sesuai dengan ketentuan baku sie jie. "Kami sudah saling percaya. Bahkan bandar bisa berganti-ganti seperti arisan," ucapnya.(gus).

Pemko Batam Bantu 112 Usaha Mikro

BATAM – Untuk mendorong pertumbuhan usaha mikro dan pegerakan sector rill, Pemerintah Kota Batam memberi pinjaman dana bergulir kepada 112 usaha mikro, koperasi dan Badan Majelis Taklim (BMT) dengan total pinjaman 1,5 miliar rupiah selama 2010 ini.



Walikota Batam Ahmad Dahlan mengatakan, Pemko Batam setiap tahun selalu memberi bantuan pinjaman atau dana bergulir kepada usaha mikro dan Koperasi agar usaha yang dijalani masyarakat kecil tersebut bisa tumbuh. Bantuan itu juga diberikan dalam rangka menggerakan sector rill dan menumbuhkan entrepreneur baru di Batam.

Total pinjaman yang diberikan pada tahun ini sejumlah 1,5 miliar rupiah yang diberikan kepada 112 pengusaha kecil, dan masing masing pengusaha mendapat bantuan pinjaman sekitar lima juta rupiah sampai 50 juta rupiah.

“Pemko juga memberikan penghargaan kepada lima koperasi yang berprestasi serta UKM yang patuh dalam mengembalikan pinjaman tahun lalu,” kata Dahlan, Selasa (13/7).

Ditambahkan, jumlah koperasi di Kota Batam saat ini sekitar 753 koperasi dengan jumlah anggota sebanyak 97 ribu orang, 350 koperasi diantaranya merupakan koperasi besar dan koperasi simpan pinjam serta koperasi karyawan.

Kepala Bank Indonesia Batam Elang Tri Praptomo mengatakan, pemerintah memang sudah sepatutnya membantu pertumbuhan sector usaha mikro dan koperasi karena sector usaha inilah yang menggerakan sektor rill.

Menurut dia, sektor usaha UMKM menguasai 99,99 persen dari seluruh unit usaha di Indonesia serta menyerap 97,33 persen tenaga kerja dari seluruh unit usaha. Sektor usaha mikro juga menyumbang 56,09 persen terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia pada 2008.

Oleh karenanya, Bank Indonesia Batam juga ikut membantu pemerintah dalam memberdayakan usaha mikro dan koperasi melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan. (gus).

PT Berlina Tbk Segera Bagi Dividen

JAKARTA – Perusahaan plastik kemasan, PT Berlina Tbk akan membagikan dividen tunai untuk kinerja keuangan 2009 senilai dua belas miliar enam juta rupiah pada 16 Agustus ini. Perseroan optimisitis akan kembali membagi dividen untuk kinerja 2010 karena penjualan diproyeksikan tumbuh sekitar 30 persen.



Presiden Direktur Berlina Antonius Rudy Sugiarto mengatakan, Berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham telah disetujui untuk membagikan dividen sebesar 87 rupiah per lembar saham atau sekitar 59,26 persen dari laba bersih 2009 sebesar 20,260 miliar rupiah.

Pembagian dividen itu dilakukan setelah perseroan memperoleh penjualan dan laba bersih 2009 sesuai dengan target yang ditetapkan atau senilai 20,260 miliar rupiah untuk laba bersih dan pendapatan 537,142 miliar rupiah.

Untuk kinerja tahun 2010 ini, perseroan yakin bisa kembali membagi untung pada pemegang saham karena telah dipersiapkan berbagai langkah untuk meningkatkan penjualan. Perseroan juga, kata Antonius telah menyiapkan belanja modal sebesar 143 miliar rupiah yang 80 persennya berasal dari utang sewa guna usaha dan bank, sedangkan sisanya dari kas internal. Dana belanja modal itu akan digunakan untuk pengembangan usaha termasuk peningkatan produksi melalui pengembangan pabrik.

Director Corporate Secretary Berlina Lioe Cu Ling mengatakan, perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan dan laba sekitar 30 persen pada tahun ini seiring dengan akan beroperasinya pengembangan pabrik di Cina dan langkah penyesuaian harga yang dilakukan pada tahun ini.

Sementara, pada kuartal satu ini saja peseroan telah menglami pelonjakan laba bersih hingga 330 persen dari dua miliar rupiah di kuartal satu 2009 menjadi 8,6 miliar rupiah di kuartal satu 2010 ini.

Lonjakan laba disebabkan adanya peningkatan keuntungan sebagai dampak dari penyesuaian harga yang dilakukan awal tahun dan langkah efisiensi yang dilakukan yang membuahkan hasil yang menyebabkan beban usaha tidak terlalu naik signifikan seperti tahun sebelumnya. Selain itu, relatif stabilnya mata uang dollar terhadap rupiah menyebabkan pengeluaran untuk pembelian bahan baku tidak terlalu besar.

Selain itu juga dipengaruhi naiknya penjualan sebesar 26,2 persen, dari 115,2 miliar rupiah di kuartal satu 2009 menjadi 145,4 miliar rupiah di kuartal satu ini.

“Dengan kinerja yang positif di kuartal satu ini, kami yakin bisa bertahan hingga akhir tahun, sehingga target pertumbuhan penjualan maksimal 30 persen bisa terlewati dan kami akan kembali membagikan dividen pada pemegang saham,” katanya akhir pekan lalu.

Terkait dengan kinerja di kuartal dua ini, Lioe yakin tetap tumbuh salah satunya disebabkan penyesuaian harga jual, meskipun peningkatan atau penyesuaiannya tidak terlalu signifikan atau sekitar 5,0 persen namun cukup berdampak positif terhadap penjualan dan laba.

“Kami memang selalu mengaji harga jual setiap tiga bulan sekali, dan itu sudah dipahami oleh konsumen,” katanya.

Ketua Umum Asosiasi Industri Plastik Hilir Indonesia Tjokro Gunawan mengatakan Industri plastik dipreksi akan tumbuh sekitar 7-8 persen pada tahun ini, seiring dengan pertumbuhan industri pengguna kemasan plastic.

Sementara itu, kebutuhan plastic kemasan dalam negeri saat ini sekitar 850.000 ton dan baru bisa dipasok oleh perusahaan dalam negeri 300.000 ton sedangkan 450.000 ton lagi impor. Oleh karenanya, industri plastic cukup prospektif pada saat ini. (gus).

Mengenal Lebih Dekat Negeri Pantun

Kota Tanjung Pinang di Pulau Bintan yang dikenal sebagai kota Gurindam atau Negeri Pantun adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia yang perkembangannya tidak bisa dilepaskan dari sejarah suku Melayu. Kota itu dikenal sebagai kota tua yang sudah sejak lama menjadi basis pertumbuhan kerajaan Melayu dan juga tempat lahirnya para pujangga besar.



Sebelum kemerdekaan, Kota Tanjungpinang berasal dari Kerajaan Melayu yang didirikan sekitar Abad XVI dan menurut catatan sejarah, pusat pmerintahan berkedudukan di Pulau Penyengat yang sekarang ini menjadi lokasi pariwisata budaya sebagai pusat pengembang budaya melayu.

Raja Melayu pertama kala itu bernama Raja Abdul Rahman yang masa pemerintahannya dari tahun 1722-1911 menjalankan dengan adil dan bijaksana, sehingga kesejahteraan rakyatnya meningkat dan selain itu juga berhasilan menjalankan roda pemeritahnya, sehinga terkenal di Nusantara serta kawasan Semenanjung.

Setelah Sultan Riau wafat pada Tahun 1911, kerajaan tersebut diteruskan oleh keturunannya dan raja terakhir adalah Raja Jakfaar dan Istrinya bernama Engku Putri Hamidah.

Kemudian setelah kemerdekaan Republik Indonesia diperoleh dari penjajahan, maka pada erah otonomi daerah wilayah kerajaan ini menjadi bagian dari Kota Tanjungpinang.

Tanjung Pinang memiliki pesona menarik dengan beragam kultur budaya suku dari hampir seluruh Indonesia masuk ke kota ini, namun bahasa Melayu masih tetap menjadi bahasa utama dan memiliki cirri tersendiri yang tergolong klasik, dan sedikit unik terdengar di telinga orang-orang dari luar kota , namun memiliki daya tarik tersendiri.

Kota itu memiliki cukup banyak area wisata seperti Pulau Penyengat yang hanya berjarak kurang lebih dua mil dari pelabuhan laut Tanjung Pinang, pantai Trikora dengan pasir putihnya kurang lebih 65 km dari kota dan pantai Cermin di pusat kota.

Tanjung Pinang dikenal sebagai negeri Pantun atau Kota Gurindam karenya banyaknya pujangga atau penyair yang lahir dari kota itu. Salah satunya Raja Ali Haji yang tidak hanya dikenal di Indonesia tapi juga di Malaysia, Singapura dan Brunai Darusalam dengan karyanya Gurindam 12 yang berisi petuah dan nasihat bagi manusia dalam menjalani kehidupan.

Walikota Tanjung Pinang, Suryatati A Manan yang juga menulis buku kumpulan puisinya mengatakan, selama hampir 10 tahun berdirinya kota Tanjung Pinang, pihaknya tetap akan memepertahankan cirinya sebagai Kota Gurindam. Oleh karenanya program pemerintah akan didorong untuk selalu menumbuhkan budaya dan kearipan lokal.

Pemerintah daeah bahkan akan membuat Kawasan Budaya Senggarang' di Senggarang. Hal itu sudah digagas sejak tahun 2004 lalu, namun sampai sekarang belum tergarap.

“Pemda sudah menyediakan lahan seluas sekitar 6 hektar untuk itu dan segera dibangun proyeknya,” kata dia.

Dalam membangun Kota Tanjungpinang, pihaknya tetap mengedepankan visi yang ada, yakni mewujudkan Kota Tanjungpinang sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa Industri Pariwisata, serta Pusat Budaya Melayu dalam Lingkungan Masyarakat yang Agamis, Sejahtera Lahir dan Bathin pada tahun 2020.

Untuk mencapai visinya tersebut, Pemko Tanjungpinang menerapkan misi diantaranya dengan meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia), memberdayakan masyarakat, mengembangkan tata nilai kebudayaan Melayu, mengembangkan dan meningkatkan infrastruktur, menjalin dan mengembangkan hubungan kerja sama dalam dan luar negeri, memelihara dan memantapkan stabilitas politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, dan Ketertiban Masyarakat, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas aparatur pemerintahan. (gus).

Zapin, Seni Melayu Empat Negara

Zapin adalah nama tarian etnis melayu yang berasal dari Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Indonesia, namun seni tari itu juga tumbuh dan berkembang di negara lain seperti Malaysia, Singapur dan Brunai Darusalam sehingga juga di akui sebagai seni tari dari negara tersebut, meskipun terdapat beberapa perbedaan gerakan namun namanya tetap sama yakni Zapin.



Dalam setiap perhelatan resmi pemerintah dan warga di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tak lengkap rasanya bila tidak disuguhkan Tari Zapin. Tari tersebut secara umum melukiskan kehidupan masyarakat Melayu tempo dulu yang hidup dalam kesederhanaan, mempertahankan kesusilaan, religius dan penghormatan pada orang yang lebih tua. Meski demikian, setiap gerakan hampir selalu memiliki makna tertentu sebagai wahana pembelajaran bagi masyarakat Melayu.

Gerak langkah (jalan) Zapin terdiri dari empat langkah yang melambangkan sifat rasul dari setiap geraknya. Langkah itu merupakan syariat yang bertalian dengan ruh yang menegakkannya. Setiap langkah zapin mempunyai bunga zapin. Bunga zapin ada 13 (tigabelas) gerak, yakni sebagai lambang rukun sembahyang sebanyak 13 (tigabelas), diakhiri dengan pecah lapan sut yang artinya mengakhiri mengambil air sembahyang.

Sementara itu, Bungo Alif yaitu awal membuat bungo (bunga) terdiri dari tiga belas bungo yang setiap bungonya mengandung makna tertentu. Bungo Alif zapin yaitu bungo alif, geliat, pusing tengah, siku keluang, pusing sekerat, anak ayam patah, pecah lapan, pusing tak jadi, tongkah (melawan arus), tahto terjun, sut tiga kali depan, sut maju mundur, pecah lapan sut.

Saat Zapin ditarikan maka lagu dinyanyikan bait per bait. Di antara bait satu lagu ke bait lainnya, penabuh marwas mengeraskan permainannya yang disebut dengan santing atau doguh, yang dalam istilah musik disebut dengan forte (dibunyikan dengan suara keras), maknanya sebagai lambang mengambil semangat atau naik syeikh bagi penari zapin.

Tari zapin tradisional diiringi dengan lagu-lagu khusus rentak (tempo) zapin, seperti lagu Naam Saidi, Pulut Hitam, Gambus Palembang, Tanjung Balai, Sahabat Laila, Lancang Kuning, Kak Jando, Sayang Cek Esah, Rajo Beradu, Ya Malim (zapin Bismillah) dan Bungo Cempako.

Sementara itu, Pemeting (pemeting) gambus, biasanya sekaligus sebagai penyanyinya dan lagu yang dibawakan memakai birama 4/4, kecuali birama 3/4 dalam zapin Ya Umar yang sudah langka dan tidak dipakai lagi, selain susah dan tidak adanya lagi penari dan penyanyi yang dapat memainkannya.

Pada mulanya, zapin tradisional (terutama di Siak dan Pekanbaru) ditarikan oleh 2 (dua) orang lelaki, dan baru kemudian berkembang setelah keluar dari istana, seperti penarinya melebihi dua orang, dan selanjutnya, tidak lagi hanya memakai penari lelaki, tetapi sudah ditarikan oleh perempuan, atau campuran laki-laki dan perempuan.

Zapin dahulu atau sekitar sebelum 1960-an ditarikan hanya oleh laki laki yang dalam setiap gerakannya menyimbolkan perlindungan seorang laki laki pada wanita. Hal itu sesuai dengan falsafah tari tersebut yang bersumber dari Timur Tengah yang menunjukan bahwa Lelaki adalah Khalifah atau pemimpin yang harus melindungi kaum yang lemah, dan Wanita lazimnya adalah kaum lemah yang senantiasa mendapat perlindungan dari laki laki.

Namun, pada saat ini Zapin tidak lagi ditarikan oleh lelaki tapi juga sudah berpasangan antara lelaki dan perempuan. Sosok Perempuan dalam gerak tari Zapin mengambarkan seorang pendamping laki laki yang religius, itu tampak dari gerak kaki yang tidak terlalu luas begitupun dengan gerak tangannya yang tidak terlalu tinggi, mengambarkan bahwa wanita harus mempertahankan kesusilaannya dan harus selalu hormat pada Laki laki.

Koreografer Tari Melayu, Nizar sani mengatakan, seni tari Zapin juga melukiskan kehidupan kaum muda etnis melayu yang penuh dengan keceriaan, itu terlihat dari hentakan tangan dan kaki yang sangat dinamis. Tari itu juga mengambarkan religiusme masyarakat Melayu, terlebih Zapin sendiri berasal dari bahasa Arab yakni Zafn yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikut rentak pukulan.

Pada mulanya, Zapin hanya dibawakan untuk kalangan tertentu yakni kalangan Istana raja, di rumah tengku-tengku, keturunan bangsawan, dan kerabat kerajaan atau pejabat-pejabat tinggi kerajaan. Setelah berakhirnya abad kerajaan Siak, barulah Zapin ditarikan di luar istana dan kemudian berkembang hingga ke masa kini.

Meskipun menghibur, tarian itu juga bersifat edukatif sekaligus sebagai media dakwah Islamiyah, dan itu sangat kentara melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan dengan alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang disebut marwas.

Marwas, atau disebut juga dengan meruas atau merwas adalah alat-musik jenis gendang yang berfungsi sebagai pengatur tempo atau rentak. Dalam satu ensembel musik zapin biasanya memakai tiga marwas dan sebanyak-banyak tidak ditentukan.

Sebagai pengatur tempo alat musik marwas yang dalam kebudayaan Melayu digunakan untuk mengiringi tari zapin bersamaan dengan alat musik gambus selodang yang disebut dengan ‘ud di Semenanjung Arabia .

Zapin Malaysia

Seniman Kepulauan Riau, Hoesnizar Hood mengatakan, tari Zapin saat ini lebih berkembang di Malaysia ketimbang di Indonesia .

Menurut dia, banyak koreografer di Malaysia seperti Mohd Anis Md Nor mengembangkan tari Zapin menjadi komoditas yang memiliki nilai tinggi. Tari tersebut tidak hanya dikenalkan di sekolah sekolah tetapi sudah dipertandingkan di antara perusahaan pada 2002.

"Zapin Malaysia bisa berkembang pesat karena memiliki pasar," kata Hoesnizar.

Oleh karena itu, untuk mengimbangi klaim Malaysia terhadap seni tari Zapin yang diakui berasal dari Kepuluan Riau, pada tahun 2006 pemerintah menggelar Bintan Zapin. Meski demikian permasalahan tari Zapin berbeda dengan reog yang sekitar 150 tahun lalu dibawa masyarakat Jawa ke Malaysia .

Dijelaskan, ketika kerajaan Riau-Lingga hancur, para abdi kerajaan hijrah ke Johor Malaysia dan mengembangkan berbagai kebudayaan melayu di Malaysia.

Sementara itu, tari Zapin sendiri berasal dari Arab yang dibawa oleh para pedagangnya ke Indonesia .

Kedua negara ( Indonesia dan Malaysia ) sama-sama memiliki pengaruh Islam yang kuat, dan tari Zapin di Kepri dan Malaysia sama-sama berkembang pada masa kejayaan kerajaan melayu.

Koreografer Malaysia , Anis sendiri telah menerbitkan buku Zapin Melayu di Nusantara pada tahun 2000. Sehingga kemungkinan Zapin akan diklaim menjadi milik Malaysia bisa saja terjadi.

" Malaysia dan Kepri itu bertetangga dan sama-sama rumpun Melayu," katanya.

Sedangkan perkembangan Reog Ponorogo dipengaruhi budaya Hindu. Malaysia tidak bisa mengklaim reog miliknya karena pengaruh Hindu tidak sampai di Malaysia.

Bagi Hoesnizar, siapapun yang memiliki Zapin tidak menjadi permasalahan asal Zapin bisa dipertahankan dan dikembangkan. Kenyataan yang ada saat ini, pasar Indonesia maupun Kepri belum bisa menerima tari Zapin.

Sementara itu, Budayawan Kepri, Bhinneka Surya alias Tok Mok kuatir tari Zapin Pesisir milik Kepri akan diklaim Malaysia . Soalnya, sejak tahun 1998, pihak Malaysia berupaya mempelajari dan berusaha merebut tari Zapin dari Indonesia .

"Kami mencium aroma itu saat Prof Anis mengundang seluruh budayawan Indonesia ke Malaysia pada tahun 1998," kata Tok Mok. (gus).

Kehidupan Kami Sekarang Lebih Susah

..“Dulu kami bisa menjual hasil tangkapan seperti ikan, kerang, udang dan kepiting selepas melaut langsung ke Singapura karena jarak Kecamatan Belakang Padang dan Singapura sangat dekat sehingga pendapatan yang diperoleh cukup banyak dan bisa menghidupi keluarga, tapi sekarang tak boleh lagi menjual langsung hasil tangkapan ke Singapura sehingga kehidupan kami menjadi lebih susah”.



Dari Batam untuk mencapai Kecamatan Belakang Padang yang konon merupakan kota yang menjadi cikal bakal berdirinya Kota Batam cukup mudah. Ada pelabuhan rakyat di samping pelabuhan Domestik Sekupang, dan perahu menuju Belakang Padang juga cukup tersedia dan hampir setiap jam perahu tersebut berangkat.

Ongkosnya hanya 10.000 rupiah per orang dan perahu yang tersedia hanya memuat sekitar 10 orang sehingga cukup leluasa bagi penumpang untuk menikmati pemandangan laut. Sekitar 1 jam, perahu merapat di pelabuhan rakyat Kecamatan Belakang Padang dan dari tempat itu sudah mulai terlihat kehidupan warganya.

Jangan berharap bisa menikmati pemandangan kota Belakang Padang dengan kendaraan roda empat atau mobil, karena di tempat itu hampir tidak ada sama sekali mobil atau kendaraan roda empat dan sarana transportasi yang tersedia hanya motor dan becak.

Meski Becak menjadi sarana transportasi umum yang utama di daerah itu, namun bukan berarti mata pencaharian sebagian besar penduduknya tukang becak, karena profesi nelayan masih menjadi tumpuan bagi warga Belakang Padang.

Seorang nelayan Samsul (50) mengatakan, dia sudah sejak muda melaut dan itu masih dijalani sampai saat ini. Namun, profesi itu sudah tidak lagi menjadi tumpuan hidup bagi keluarganya karena hasil tangkapan yang semakin menipis, selain itu harga jual ikan dan hasil laut juga rendah sehingga kadang dia malah justru rugi karena pendapatan yang diterima tidak sesuai dengan biaya untuk membeli solar perahunya.

Oleh karena itu, sekali waktu Samsul juga menjadi tukang becak untuk menutupi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Diceritakan, ketika tahun 70-an sampai 90-an kehidupan ekonomi keluarganya serba berkecukupan, karena pendapatan dari melaut sudah cukup untuk menghidupi dirinya dan orang tuanya. Kala itu, hasil tangkapan masih cukup banyak dan dia juga bisa menjual hasil tangkapannya ke Singapura dengan harga cukup tinggi.

“Dahulu tidak ada petugas pemerintah sehingga kami bisa leluasa menjual ikan ke Singapura,” katanya. Terlebih jarak Belakang Padang dan Singapura cukup dekat yakni hanya 35 sampai 45 menit perjalanan dengan perahu biasa.

Namun, sejak 10 terakhir ini aparat pemerintah semakin banyak di laut sehingga Samsul tidak dapat lagi menjual langsung hasil tangkapannya ke Singapura karena kalau ditangkap dituduh sebagai penyelundup.

Pernah satu kali di tahun 2000, Samsul memberanikan diri untuk menjual hasil tangkapannya langsung ke Singapura, dia harus kucing kucingan dengan petugas pemerintah RI, namun apes baginya, ditengah laut ketangkap sama personil TNI AL dan dia beserta perahunya ditahan.

Sejak itu, Samsul tak berani menjual hasil tangkapannya ke Singapura, sehingga kehidupan ekonomi keluarganya yang sudah punya tiga orang anak semakin susah.

Kondisi itu, kata dia tidak akan terjadi jika Pemerintah daerah mau menyediakan pasar lelang ikan seperti di Singapura sehingga nelayan bisa menjual hasil tangkapannya dengan harga tinggi sesuai harga lelang.

Pemerintah daerah menurutnya seolah tidak peduli dengan nasib nelayan sehingga nelayan harus menjual hasil tangkapannya ke tengkulak dengan harga rendah karena sebagian besar nelayan tidak punya daya tawar yang kuat dengan tengkulak tersebut, terlebih bagi nelayan yang sudah punya hutang terlebih dahulu dengan tengkulak. (gus).

Potret Etnis Melayu Kepulaun Riau

Kehidupan masyarakat Melayu di Provinsi Kepulauan Riau tak terlepas dari pantun, seni tari dan profesi sebagai nelayan. Namun, seiring dengan pertumbuhan ekonomi serta derasnya budaya asing yang masuk ke daerah yang dikenal sebagai bumi segantang lada itu, budaya serta profesi lokal bergeser dan perlahan mulai tergantikan.



Sebagaimana terlihat pada peta, Kepulauan Riau memang merupakan bagian yang secara historis menyatu dengan perkembangan kawasan-kawasan di selat Malaka selama berabad abad silam.

Di daerah itu, terdapat Pulau Bintan yang pada abad ke 13 di datangi Sri Tribuana dari bukit Siguntang, dekat Palembang . Dari pulau inilah peradaban Melayu di Selat Malaka berkembang seiring dengan penemuan Temasik (Singapura), kemudian menumbuhkan Kerajaan Melaka yang Berjaya menjadi kerajaan dan pusat perniagaan di Nusantara pada abad ke 14-15 M.

Setelah Melaka runtuh, pusat kerajaan penerusnya berpindah pindah, berturut-turut ke hulu Riau, Johor, Kampar, kembali lagi ke Johor lalu ke Kota Piring atau Pulau Bintan.

Pertalian budaya yang sudah terjadi pada masa lampau antara etnis Melayu Kepulauan Riau atau Sumatra dan Etnis Melayu di Semenanjung Melaka serta Singapura, sampai saat ini masih tetap terjadi meskipun secara ekonomi dan politik kehidupan mereka dipisahkan oleh batas batas negara.

Etnis Melayu di Semenanjung Melaka dan Singapura saat ini boleh dikatakan hidup dalam berkecukupan, bertolak belakang dengan kehidupan saudaranya di Kepulauan Riau, terlebih yang berada di Hinterland atau pulau pulau kecil yang banyak tersebar di Kepri yang hidup dalam kekurangan.

Kepulauan Riau, baru berdiri sebagai satu Provinsi pada 1 Juli 2004 yang ditetapkan Pemerintah RI melalui UU 25 tahun 2002 yang menjadikan daerah ini sebagai Provinsi ke 32 RI. Wilayah itu membentang seluas 252.000 kilometer persegi dan 95 persennya adalah lautan dan terdiri dari 2.408 pulau yang tercatat secara resmi.

Sebagian besar masyarakat Kepri, bermatapencaharian sebagai nelayan, itu di dukung oleh luasnya laut yang dimiliki wilayah tersebut, dan profesi itu sudah digeluti sejak ratusan tahun lalu.

Sayangnya, Profesi Nelayan kini tak mampu lagi menghidupi masyarakat Kepulauan Riau disebabkan makin sulitnya mencari ikan dan hasil laut lainnya, padahal harga bahan baker solar terus merangkak naik, sehingga pendapatan yang diterima nelayan sekali melaut sering tidak cukup untuk menutupi biaya membeli solar.

Makin menipisnya hasil tangkapan nelayan disebabkan, laut Kepri mulai tercemar. Itu tidak dapat terhindarkan sebagai dampak dari pembangunan atau pertumbuhan ekonomi.

Betapa tidak.. di sepanjang pinggir laut wilayah Kepri yang dulu banyak ditumbuhi tanaman bakau, kini berganti dengan pabrik galangan kapal. Operasional pabrik galangan kapal itu, telah secara langsung maupun tidak langsung mencemari laut Kepri, karena limbah bahan baker atau oil ludge, serta limbah besi dan sisa pengecatan kapal dengan mudahnya dibuang ke laut.

Ja’far, nelayan dari Pulau Bulang mengatakan, masyarakat Kepri sebenarnya tidak anti dengan pembangunan terlebih itu dilakukan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Namun, jika pembangunan dijadikan alasan untuk menghilangkan kearifan lokal, maka warga akan protes. Sebab, sumber matapencahariannya sudah terganggu, dan bagaimana mungkin mereka bisa menghidupi keluarganya.

Oleh karenanya, kata Ja’far, sebagian besar warga Melayu di Hinterland kini sudah mengantungkan jaringnya dan beralih profesi. Sebagian warga yang punya pendidikan bisa menjadi buruh pabrik dengan gaji pas pasan, dan sebagian lagi yang tidak punya pendidikan terpaksa menjadi pencari besi bekas yang menjadi limbah dari perusahaan galangan kapal tersebut, dan banyak juga yang menganggur.

Ahmad Dahlan, Walikota Batam mengatakan, memang tidak seluruh masyarakat Kepri yang beruntung dan hidup berkecukupan, terlebih bagi warga yang tinggal di Hinterland atua pulau pulau kecil di sekitar Batam. Itu disebabkan minimnya infrastruktur dan sulitnya menjangkau wilayah tersebut sehingga banyak pulau yang kurang tersentuh pembangunan.

Selain itu, pendidikan masyarakat yang tinggal di Hinterland juga sangat minim sehingga kurang mampu bersaing dengan warga pendatang. Oleh karena itu, lapangan kerja bagi warga melayu di Hinterland sangat terbatas.

Selain profesi sebagai nelayan yang menjadi tulang punggung bagi sebagian besar masyarakat Melayu di Kepri, Potret Melayu dari daeran itu juga tidak terlepas dari kehidupan berkesenian seperti seni tari dan berpantun.

Wilayah itu bahkan pernah melahirkan beberapa penulis besar yang menghasilkan karya besar bagi peradapan manusia. Sebut saja seperti Raja Ali Haji (1809-1873 M) melalui karyanya tentang Silsilah Melayu dan Bugis serta Tuhfat al-Nafis telah melambungkan namanya menjadi sejarawan penting Etnis Melayu, tidak saja di Nusantara tapi di Semenanjung Malaka, Singapura bahkan Brunai Darusalam.

Selain itu, ada juga penyair wanita yang cukup tersohor yakni Khadijah Terung yang melahirkan karya-karya besar yang variatif, tidak hanya mewakili karya sastra di bidang kebahasaan, namun juga memiliki muatan religius, filsafat, kenegaraan hingga ke soal seksualitas. Karya-karya besar itu, antara lain Syair Siti Shianah, Syair Awai dan Gurindam Dua Belas. Selain itu, Khadijah juga membuat karya berjudul Kumpulan Gunawan, yang menceritakan tentang hubungan seksual suami isteri.

Seorang nelayan bernama Encik Abdullah pada 1902 juga menulis tentang Buku Perkawinan Penduduk Penyengat.

Tokoh masyarakat Kepri, Huzrin Hood mengatakan, kehidupan berkesenian seperti bersyair dan berpantun sudah sangat melekat bagi sebagian besar masyarakat Kepri. Dahulu bahkan terdapat satu pulau yakni Pulau Penyengat yang menjadi tempat tumbuhnya kehidupan intelektualitas warga Kepri dalam berkesenian. Berbagai buah pikiran konstruktif yang dimaktubkan secara mutidimensi terlahir dari pulau Penyengat yang kini tampak lusuh tersebut.

Melekatnya kehidupan berkesenian warga Kepri itu tercermin dari sikap warganya, khususnya pejabat pemerintah yang selalu menyelipkan pantun dalam setiap kata pembukaan pidato maupun penutup pidatonya.

“kalau tak ada pantun dalam pembukaan dan penutup pidato, rasanya belum lengkap,” kata dia.

Namun, lain halnya bagi generasi muda di Kepri yang sudah hampir melupakan bagimana cara membuat pantun serta bagaimana rupa tarian tradisional seperti Japin dan Serampang 12.

Tarian itu, kini hanya terpaku dalam elitnya suasana festival kesenian di Batam maupun di Senayang selepas itu sudah, dan generasi muda di bumi Segantang Lada ini kembali disibukkan oleh gengsi menjadi dancer bahkan dangduter yang mahir meliukkan tubuh.

Dari segi lagu daerah jangan harap lagi bisa mendengarkan Anak ayam atau Pulau Bintan di alun-alun kota Tanjung Pinang karena lagu seperti itu hanya bisa di dengarkan di acara pesta perkawinan yang penikmatnya adalah orang tua, dan ketika hari semakin larut, muda mudi etnis Melayu menganti lagu daerah itu dengan lagu-lagu Brand New ala New York, Washington atau house musik, yang membuat mereka lupa lagu daerah sendiri dan kalaupun ingat mereka gengsi menyanyikanya Karena lagu Melayu salah diartikan, seolah-olah lagu-lagu Melayu itu hanya milik orang-orang tua. (gus).

PT Mustika Ratu Tbk Batal Renovasi Pabrik

JAKARTA - Perusahaan kosmetik dan jamu, PT Mustika Ratu Tbk diperkirakan batal merenovasi pabriknya di Ciracas Jakarta Timur yang mestinya dikerjakan April ini, sebab perseroan akan memusatkan seluruh kegiatan produksinya ke Cibitung. Relokasi pabrik dilakukan untuk memperbesar kapasitas produksi sehingga penjualan bisa tumbuh 15-20 persen pada tahun ini.



General Manager Ekspor Mustika Ratu, Asfauri Azis mengatakan, renovasi pabrik di Ciracas Jakarta Timur sampai saat ini belum dilakukan dan diperkirakan batal. Itu disebabkan perusahaan akan memusatkan kegiatan produksinya di Cibitung, sehingga pabrik yang ada di luar Cibitung akan direlokasi ke tempat tersebut.

Meski demikian, dalam jangka pendek ini perseroan belum akan merelokasi pabrik di Ciracas secara total.

“Pabrik di Ciracas dalam waktu dekat ini akan tetap seperti semula dan kedepannya kami mungkin akan memusatkan merelokasinya ke Cibitung karena kegiatan produksi akan difokuskan ke tempat tersebut,” katanya, Rabu (7/7)

Wakil Dirut Mustika Ratu, Putri Kuswisnuwardani pernah mengatakan, perseroan kini tengah melakukan perluasan pabrik dan penambahan kapasitas mesin yang berada di Cibitung, untuk itu telah dialokasikan dana sebesar 6 miliar rupiah dari kas internal.

Perluasan pabrik di Cibitung tersebut dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi seiring meningkatkan permintaan produk jamu dan kosmetik dari dalam dan luar negeri.

“Kami akan terus memperbesar potensi pangsa pasar baik di dalam negeri maupun luar negeri. Untuk itu, kapasitas produksi akan ditingkatkan dan kami juga akan mengeluarkan produk baru pada tahun ini sebanyak 3 hingga 4 produk," katanya.

Dengan demikian, perseroan optimistis pendapatannya tahun ini bisa lebih baik dibanding 2009. Menurut Putri, pihaknya menargetkan pertumbuhan penjualan 15 persen hingga 20 persen. Untuk itu pasar ekspor akan digenjot khususnya ke kawasan Asia seperti Malaysia dan Singapura.

Menurut Asfauri Azis, perseroan juga akan melakukan penetrasi ke pasar Kamboja dan Vietnam yang sudah dilakukan sejak akhir 2009 lalu.

Terkait dengan kinerja kuartal satu ini, perseroan membukukan penjualan 79,5 miliar rupiah naik tipis 0,12 persen dibanding periode sama 2009 yang 79,4 miliar rupiah. Sementara itu, laba bersih turun 35 persen dari 10,3 miliar rupiah di kuartal satu 2009 menjadi 6,7 miliar rupiah di kuartal satu ini.


Bagi Dividen

Berdasarkan informasi yang disampaikan ke Otoritas Bursa, Mustika Ratu akan membagikan dividen tunai kepada pemegang saham untuk kinerja keuangan tahun 2009 pada tanggal 20 Juli 2010. Perseroan akan membagikan dividen sebesar 9,8 rupiah per saham atau total 4,2 miliar rupiah dari laba bersih tahun buku 2010 yang 21 miliar rupiah.

Putri K. Wardani yang juga Ketua Asosiasi Kosmetik Indonesia mengatakan, industri kosmetik dan jamu nasional tahun ini cukup mengalami tekanan seiring dibukanya perdagangan bebas antara Asean dengan Cina. Perdagangan bebas itu telah menimbulkan penurunan penjualan sejumlah perusahaan kosmetik tradisional karena maraknya produk kosmetik dan jamu dari Cina di jual di pasar dalam negeri dengan harga murah.

“Tahun lalu industri kosmetik dapat tumbuh 11 persen dan tahun ini cukup sulit,” katanya. Oleh karena itu, pihaknya minta pemerintah serius melindungi industri dalam negeri dari serbuan barang-barang murah asal China . (gus).

TNI Keteteran Awasi Pulau Terluar

BATAM – Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak maksimal mengawasi ratusan pulau terluar di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang berbatasan dengan Singapuara dan Malaysia, disebabkan terbatasnya fasilitas seperti kapal, sehingga kawasan itu berpotensi terjadinya tindakan kriminalitas seperti penyelundupan, teroris dan klaim sepihak negara tetangga atas pulau tersebut.



Komandan Korem 033 Wira Pratama, Kolonel Zainal Arifin mengatakan, Provinsi Kepulauan Riau memiliki pulau ratusan, dan sebagian pulau tersebut berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand. Oleh karenanya, dibutuhkan pengawasan maksimal untuk menghindari tindakan kriminalitas, penyelundupan, aksi teroris dan klaim sepihak dari negara tetangga atas pulau tersebut.

Sayangnya, kata Zainal, TNI tidak dapat melakukan pengawasan secara maksimal disebabkan terbatasnya alat angkut air atau kapal.

“Kalau di darat pengawasan bisa menggunakan kendaraan apapun, tapi wilayah Kepri kan sebagian besar laut sehingga kendaraan yang dibutuhkan adalah kapal, dan jumlah yang dimiliki TNI AD saat ini sangat minim,” katanya, Rabu (7/7).

Oleh karena itu, TNI berkordinasi dengan Pemerintah Daerah, khususnya Pemkab Karimun untuk bisa menggunakan kapal milik pemerintah daerah tersebut ketika melakukan pengawasan.

Menurut Zainal, di Kabupaten Karimun saat ini terdapat banyak pulau yang berbatasan dengan negara tetangga, dan salah satu yang cukup rawan adalah Pulau Tokong Hiu berada di Selat Malaka yang berhadapan langsung dengan Malaysia.

Pulau pulau tersebut perlu diawasi dengan ketat karena bisa di klaim oleh Malaysia sebagai kepunyaanya, selain itu letaknya yang sangat jauh juga bisa digunakan teroris sebagai tempat pelatihan dan pangkalannya. Selain pulau Takong Hiu, masih banyak pulau di Kepri yang cukup rawan disebabkan tidak memiliki penduduk.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro ketika meletakan batu prasasti di Pulau Berharal pekan lalu mengatakan, Perlu adanya penjagaan yang ketat oleh aparat yang mengawasi pulau sebab pulau yang ada di Indonesia ini menjadi perhatian semua penduduk dunia.

“Seluruh pulau yang ada di Negara Republik Indonesia (NKRI) ini harus dilindungi dan dijaga dengan baik. Sebab banyak pihak luar yang ingin pulau yang ada diIndonesia. Karena pulau yang ada di Indonesia ini khusus pulau Berhala berbatasan lasgsung dengan Selat Malaka,” katanya.

Ditambahkan, terdapat 12 pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga sangat rawan yakni, Pulau Rondo, berhala, nipah, patung (laut cina Selatan), dana, hope simpatik, maroreo, niangas matulisen, marampit. Wilayah Timur, panildro dan beras.

Pulau-pulau tersebut akan diberi tanda sebagaimana pulau Berhala yakni dengan dibuatkannya prasasti, tujuannya agar pengunjung yang datang ke pulau tersebut mengetahui bahwa pulau yang dikunjungi itu merupakan milik NKRI.

Selain prasasti, Tentaran Nasional Indonesia (TNI) juga berencana akan membuat monument di pulau-pulau terluar tersebut.(gus).

Selasa, 06 Juli 2010

Bursa Calon Walikota Batam Mulai Marak

BATAM – Sejumlah tokoh politik, tokoh masyarakat, anggota legislatif, pengusaha dan pejabat pemerintah secara terbuka mulai mengajukan diri menjadi Walikota Batam, yang pemilihannya akan dilakukan awal tahun 2011. Sementara itu, Partai Demokrat sebagai partai terbesar di Batam diperkirakan masih akan mencalonkan Drs. Ahmad Dahlan sebagai Walikota.



Meskipun pemilihan Walikota Batam masih sekitar enam bulan lagi atau tepatnya Januari 2011, namun sejumlah elemen masyarakat Batam sudah terang terangan mulai mengajukan diri menjadi Walikota Batam.

Tujuh Partai Politik bahkan sudah membentuk koalisi yang diberi nama Koalisi Partai-Partai Politik Kota Batam (KP3KB) untuk mengusung calonnya. Ketujuh partai politik tersebut adalah Partai Keadilan Persatuan Indonesia (PKPI), Partai Bintang Reformasi (PBR), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Merdeka, Partai Barisan Nasional (Barnas), Partai Buruh dan Partai Kasih Damai Indonesia (PKDI).

Juru bicara KP3KB, Suparno mengatakan, dengan koalisi tersebut pihaknya memperoleh 9,1 persen suara di DPRD atau dengan jumlah kursi sebanyak empat kursi, sehingga bisa mengajukan calon Walikota Batam yang akan bertarung dalam Pilkada nantinya.

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) diperkirakan akan mengajukan Ketua DPC PPP Kota Batam Irwansyah sebagai Calon Walikota Atau Wakil Walikota.

Sekretaris DPC PPP Kota Batam, Drs. Muklis Jamal mengatakan, dukungan terhadap Irwansyah untuk maju dalam pilwako sudah dilakukan rapat bersama seluruh PAC se Kota Batam. Hasilnya, baik pengurus PAC PPP maupun kader PPP menyatakan tekadnya untuk mendukung Ketua DPC PPP Kota Batam itu maju dalam Pilwako.

Sementara itu, Ikatan Keluarga Sumatra Barat (IKSB) Batam telah bersepakat akan mengusung calon Walikota Batam yang berasal dari tokoh Minang.

“Alhamdulillah, dalam pertemuan dengan masyarakat Minang di Batam kami sudah menerima usulan beberapa nama putra Minang yang layak dicalonkan untuk jadi calon pemimpin Batam ke depan," kata Sekretaris Umum IKSB Elvis Davisco. Calon yang akan diusulan adalah Eva Ertos, Sukhri Farial, Razaki Persada dan Gusmawardi.

Partai Demokrat

Partai Demokrat diperkirakan akan kembali mengusung Ahmad Dahlan yang saat ini menjabat Walikota Batam untuk diajukan kembali dalam Pilwako kali ini.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah AMDI Provinsi Kepri, Robinson R Purba mengatakan,

perolehan suara yang cukup signifikan dalam pemilihan legislatif tahun lalu, menjadi acuan partai Demokrat untuk mengusung bakal calon dari kalangan internal dalam pemilukada walikota Batam 2011. Kader partai yang akan diusungkan diperkirakan adalah Ahmad Dahlan yang juga Ketua DPC Partai Demokrat kota Batam.

Dicalonkannya kembali Ahmad Dahlan disebabkan rekam jejaknya sudah bisa dibuktikan melalui langkah yang dilakukan saat menjabat Walikota Batam saat ini. Oleh karena itu, perjuangannya perlu dilanjutkan.

Sementara itu, sejumlah nama yang sudah menyatakan diri akan mengajukan sebagai calon Walikota Batam antara lain, H. Surya Sardi (Ketua DPRD Kota Batam), Drs. Ahmad Dahlan (Walikota Batam), Ria Saptarika (Wakil Walikota Batam), Hardi S Hood (anggota DPD RI), Rahmatsyah Ramadani atau Dany Ismeth (polisi Partai Golkar), Jamsir (Ketua DPC PDIP Kota Batam), Aris Hardi Halim (Wakil Ketua DPRD Kota Batam), Zainal Abidin (Ketua Partai Golkar Batam), AA Sany (Ketua DPD PAN Batam), H. Irwansyah (Ketua DPC PPP Batam), Rudi SE (Ketua DPC PKB Batam), Sukri Farial (anggota DPRD Kepri), Jasarmen Purba (anggota DPD RI), Agussahiman (Sekretaris Kota Batam), Syamsul Barum (Asisten II Pemko Batam), Maaz Ismail (Asisten III Pemko Batam), Umen Dartono (Kabiro Keuangan Otorita Batam), Hartoyo Sirkoen (Kepala Bawasko Kota Batam), Rudy Syakyakirti (Kepala Disnaker Kota Batam), Arifin Nasir (Kepala Dinas Pendidikan Kepri), Asmin Patros (anggota DPRD Kota Batam), Muhammad Amien (Ketua Nasional Demokrat Kota Batam), Ir. Muhammad Nabil (Staf Ahli DPR RI), Basri Harun (Ketua Hanura Batam), Fitra Kamaruddin (Pejabat Otorita Batam), Alex Guspeneldi (Ketua Fraksi PAN DPRD Kepri), Agus Hidayat (Manager PT Citra Tubindo), Taba Iskandar (mantan Ketua DPRD Batam), Erva Ertos (Ketua DPW PAN Kepri), Yudi Kurnain (Sekretaris DPD PAN Batam), Saidul Khudri (anggota DPRD Kepri), Ir. Suparman (Ketua DPC PKNU Batam), Sahat Sianturi (mantan Ketua DPC PDIP Kota Batam), Abdul Basid (tokoh masyarakat), Insyah Fauzi (pengusaha) dan R Bambang SS (jurnalis). (gus).